Transportasi di Jepang

Jepang memiliki moda transportasi yang modern dan terintegrasi antar kota di seluruh negeri dan hampir seluruh transportasi nya berada di bawah tanah alias subway. Modern nya moda transportasi ini berbanding lurus dengan ongkos yang harus di bayar oleh pengguna jasa transportasi, mahal ya? Uhmm…lumayan menguras kantong juga.

Subway dan kereta memang menjadi transportasi utama bagi penduduk kota-kota di Jepang, memang terdapat juga bus-bus namun kalah populer dengan subway. Dari ketiga kota yang akan saya kunjungi, hanya Kyoto lah yang menggunakan bus sebagai moda transportasi utama kota.

Untuk transportasi antar kota nya, terdapat bus, kereta dan shinkansen. Shinkansen menjadi pilihan utama bahkan dibandingkan dengan pesawat meskipun harga tidak terpaut jauh dengan tiket pesawat. Warga Jepang ini terkadang selalu terburu-buru, berjalan cepat dan tidak banyak berbicara, nah dengan kebiasaan terburu-buru nya ini tidak salah lah jika kebanyakan dari mereka memilih shinkansen dibandingkan pesawat. Alokasi waktu untuk pesawat bisa memakan waktu sekitar 4 jam baik untuk transportasi menuju airport maupun proses boarding karena biasanya letak airport jauh dari pusat kota, sedangkan untuk shinkansen, selain letaknya di pusat kota, urusan boarding dan lain-lainnya jauh lebih cepat.

SUBWAY DAN KERETA UNTUK DI DALAM KOTA

Pertama kali saya melihat peta transportasi di Jepang, terutama Tokyo, saya cuma bisa bengong lama dan lama kelamaan mata saya tak bertahan lama, tumbang pening melihat betapa banyak garis malang melintang berbeda warna kesana kemari membentuk sebuah bentuk. Garis warna A melintang berkelok dan menukik disalah satu sudut kemudian naik ke atas berbelok lagi di iris oleh garis warna B yang melintas tanpa permisi berbelok dan menukik sama kesana kemari, kemudian di hadang garis warna C yang tak kalah gesit berkelok-kelok dan tak diizinkan di potong lagi oleh garis warna D yang tak ketinggalan beraksi megal megol kiri kanan.

Garis-garis itu saling mengiris dan berhimpitan di salah satu tempat kemudian melanjutkan perjalanannya sendiri kearah tertentu dan berhimpitan lagi dan tanpa menyerah kembali melanjutkan perjalanannya sendiri sebelum kemudian kembali bertabrakan dengan garis lainnya. Untuk menuju satu tempat saja, saya bagai mengurai benang kusut menyusuri salah satu garis kemudian berhenti di satu titik untuk kemudian menarik kembali satu garis dan mata saya kusut otak saya pun ikut kisut.

Belum selesai mempelajari jalur subway Tokyo, alih-alih melakukan penyegaran saya membuka map subway Osaka. Osaka tidak serumit Tokyo, saya dengan mudah menemukan titik-titik di mana tempat yang harus saya tuju dan harus kemana melangkah karena tempat saya tuju kebanyakan berada di JR Osaka Loop dan JR ini mudah sekali ditemukan, layangkan saja mata ke garis-garis rel kereta yang berbentuk oval.

Selesai mempelajari jalur subway dan kereta Osaka, saya membuka jalur bus di Kyoto. Tak kalah saing dengan Tokyo, Kyoto memiliki jalur bus yang lumayan rumit, memang garis-garis nya lebih rapid an hanya membentuk sebuah kotak persegi, namun banyak nya no bus yang bertautan di salah satu terminal, membuat saya tak kalah senewen dibuatnya. Bagaimana saya bisa membuat itinerary dengan seksama jika jalur transportasi nya sedemikian rupa!

Berhari-hari saya dengan tabah dan tawakkal mempelajari jalur-jalur transportasi ini, mencoba menyambungkannya dengan hostel di mana saya tinggal menarik satu garis menuju tempat yang akan saya kunjungi dan berakhir dengan kebingungan sendiri. RUMIT amat ini peta ya!

Coba perhatikan ketiga peta jalur transportasi masing-masing untuk Tokyo, Osaka dan Osaka di bawah ini, dan ungkapkan sendiri bagaimana pendapat Anda.
 
Tokyo Subway MAP


Osaka Subway MAP
Kyoto Bus MAP

Berjibaku dengan ketiga map di atas memberikan seni tersendiri, seni membuat kerumitan otak sebetulnya namun inilah fase terindah seorang traveler. Duduk berlama-lama di depan laptop mengumpulkan informasi, membuka situs A, B dan C, serta membaca tulisan blog D, E dan F adalah salah satu riset yang sangat penting dalam menyusun sebuah rencana perjalanan. Semakin banyak riset yang dilakukan maka akan semakin banyak informasi yang di dapat, di ketahui dan di pelajari dan di kumpulkan menjadi sebuah rencana dan otomatis akan memberikan sebuah perkenalan permulaan akan sebuah tempat yang akan di datangi kemudian, how to get there and what should be ride, SUPER!

Traveler tidak menggunakan mulutnya namun menggunakan peta dan mata untuk mencapai suatu tempat, meski terkadang tersesat tapi itu adalah sebuah seni pencapaian dari sebuah usaha.  

Meski rumit dan membuat tumit berjinjit ingin beranjak dari rasa yang menghimpit, saya tetap mengurai satu persatu jalur-jalur subway dengan sesekali mata berurai akibat terlalu lama memandangi layar monitor yang tak jua lunglai. Entah berapa lama menit saya lahap hingga akhirnya sebuah itinerary perjalanan lengkap dengan budget nya selesai saya buat dan terpampanglah angka IDR 3jt an lebih secara keseluruhan tidak termasuk biaya makan.

Saya memang tidak terbiasa memasukkan budget makan dalam setiap kali menyusun sebuah itinerary, karena budget makan biasa nya saya kalkulasikan tersendiri secara terpisah. Alasannya karena makan buat saya nilainya tidak mutlak, kapan dan dimanapun saya lapar, saya akan makan, melihat kudapan pinggir jalan, why not! Saya hanya bisa memakan roti untuk makan siang atau saya makan besar di kala sore dan kembali makan di malam hari, yang jelas jam makan buat saya flexible tidak harus pada jam-jam tertentu.

Tentu saja ritme makan setiap orang berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan masing-masing, namun untuk mengkalkulasikan biaya makan kedalam sebuah budget plan, saya biasanya memukul rata budget per sekali makan dengan nilai tengah antara harga makanan termurah dan termahal. Budget makan selama di Japan akan saya rinci tersendiri.

Kunci untuk memahami sistem transportasi di Japan adalah jangan hiraukan garis-garis kecil yang serta merta ikut nimbrung dalam sebuah peta subway, itu adalah jalur kereta lokal hampir bisa dikatakan untuk turis tidak pernah digunakan, konsentrasikan saja pada garis-garis yang berwarna besar dan tandai tempat yang akan dikunjungi dan apa nama station nya. Ikuti garis subway di mulai dari di mana kita tinggal atau berada dan jika garis tersebut bersinggungan dengan garis lainnya sebelum mencapai station yang kita tuju, berhenti dahulu untuk melihat kemungkinan apakah terdapat sebuah kesempatan untuk memutarkan arah atau jalan pintas menuju tempat yang kita tuju, jika tidak, lanjutkan mengurai garis tersebut hingga mencapai titik akhir. Mudah kan?

Sekarang mari kita simulasikan salah satu tempat di Tokyo, misalkan HACHIKO. Terlebih dahulu kita harus mengetahui di mana si patung anjing terkenal Hachiko tersebut berada, misalkan sudah tahu ada di Shibuya dan kita berada di Asakusa.

Perhatikan pada peta subway Tokyo di atas :

§  Langkah 1 : Identifikasi line subway di mana kita berada dan dalam hal ini karena kita berada di Asakusa, masa subway nya adalah line Asakusa (kode A18 warna orange agak kusam)
§  Langkah 2 : Identifikasi stasiun Shibuya berada di mana, lihat kembali ke peta dan Shibuya dapat di lalui oleh 3 line subway yaitu Ginza Line (Kode G warna kuning tua), Hanzomon Line (Kode Z warna ungu) dan Fukutoshin Line (Kode F warna coklat). Selain dilalui oleh subway line, Shibuya juga di lalui oleh JR Yamanote Line (garis-garis rel kereta api), jadi dalam hal ini untuk mencapai Shibuya terdapat 4 alternatif namun harus diperhatikan jika mengambil alternatif dengan memakai JR Yamanote Line, karena semua pass harian tidak bisa di pakai di line ini kecuali JR Pass dan Suica Card.
§  Langkah ke 3 : Tariklah atau susuri line subway Asakusa menuju Shibuya, dan karena keduanya berada di line yang berbeda, otomatis tidak akan bisa langsung menuju Shibuya namun harus mencari titik temu/irisan yang mempertemukan beberapa stasiun (interchange station) dan dalam hal ini Asakusa Line langsung beririsan dan bertemu dengan salah satu dari 3 stasiun menuju Shibuya yaitu Ginza Line di stasiun Shimbashi (A10 dan G08)

Sekarang sudah terbayang kan bagaimana cara termudah menuju ke tempat yang di tuju?

Yuk simulasi lagi agar tambah mudah menemukan sebuah tempat. Misalkan dari Shibuya kita akan ke Disney Resort dan pura-pura nya kita sudah tahu di stasiun mana kita harus berhenti untuk menuju Disney Resort. Okay, Disney Resort bisa di capai dari Shin-Kiba Station (Kode Y24 warna kuning kusam) ke Maihama di JR Keiyo Line (warna abu-abu garis kecil)

Perhatikan lagi pada peta subway Tokyo di atas :

Asumsi menggunakan pass harian :

§  Langkah 1 : Identifikasi line subway Shin-Kiba dan setelah di lihat ternyata Shin-Kiba ada di Yurakucho Line (Kode Y warna kuning kusam)
§  Langkah 2 : Setelah line teridentifikasi, maka susurilah atau tariklah satu-persatu dari 3 line subway yang berada di Shibuya dan temukan irisan/persinggungan (interchange station) dengan Yurakucho Line dan dalam hal ini ke tiga line subway dari Shibuya semuanya bersinggungan dengan Yurakucho Line. Fukutoshin Line bersinggungan di Ikebukuro, Hanzomon  Line bersinggungan di Nagatacho dan Ginza Line di Akasaka-Mitsuke namun harus berjalan kaki menuju Nagatacho.
§  Langkah 3 : Dari ke tiga alternatif tersebut, yang paling praktis dan ekonomis adalah mengambil Hanzomon Line menuju Nagatacho dan berganti subway menuju Shin-Kiba
§  Dari Shin-Kiba berganti kereta JR Line menuju Maihama (beli tiket one way) kemudian dari Maihama langsung menuju Disney Land Resort dengan kereta khusus Disney Resort (beli tiket tersendiri)

Practice makes perfect, begitulah cara saya memahami jalur transportasi dalam kota di Tokyo, Kyoto dan Osaka dan bagi saya tidaklah terlalu sulit, tinggal ada kemauan dan usaha.

BUS DAN SHINKANSEN UNTUK ANTAR KOTA

Saya akan menggunakan bus antar kota dari Tokyo ke Kawaguchiko (Fuji-San) dan dari Tokyo ke Kyoto. Terminal-terminal bus di Tokyo tidaklah semegah stasiun-stasiun subway, terminal bus itu hanyalah seperti terminal  bayangan dan terkadang hanya merupakan seruas parkiran di depan sebuah gedung.

Bus yang akan saya gunakan keduanya terletak di daerah Shinjuku namun berbeda operator, bus Willer Express untuk tujuan Tokyo ke Kyoto dan KEIO bus untuk Tokyo-Kawaguchiko. Tiket bus untuk tujuan Shinjuku-Kawaguchiko, tiket dapat di beli secara langsung di sebuah counter tiket di depan terminal bus atau atau melakukan pemesanan Odakyu Sighseeing Center di Odakyu Mal untuk keberangkatan selain hari itu juga, sedangkan untuk tiket bus Willer Express dari Tokyo (West Shinjuku) menuju Kyoto hanya bisa dilakukan secara online di situs resmi Willer Express.

Sedangkan untuk Shinkansen, tiket dapat di beli di mesin-mesin pembelian tiket otomatis di setiap stasiun subway atau jika ragu dan takut berbuat kesalahan, bisa di pesan di counter penjualan tiket shinkansen di stasiun-stasiun besar. 

FYI : Di postingan selanjutnya saya akan coba bahas tentang Pass yang bisa digunakan di Jepang untuk menghindari membengkaknya biaya transportasi 

HAPPY TRAVELING 

Hal Penting :
 - Untuk yang bingung membaca peta subway cara menuju ke suatu tempat, dapat menggunakan bantuan Hyperdia.com
- Interchange antar station subway berbeda line terkadang berjauhan satu sama lain dan mengharuskan kita keluar keluar station baru kemudian masuk lagi ke station lainnya, contohnya 
Station Kuramae
- Pelajari peta ini dan kalkulasikan biaya transportasi ini, karena bisa digunakan sebagai patokan untuk memutuskan apakah akan membeli JR Pass, Daily Pass atau Suica Card

21 comments:

Post a Comment

Akomodasi Di Jepang

Akomodasi baik itu hotel, hostel ataupun guesthouse adalah merupakan elemen yang paling banyak menguras budget dalam setiapkali traveling selain transportasi tentunya, nah loh? bagaimana dengan makan?.

Buat saya, jika membuat list down, makanan ada di list no.3 setelah hostel/guesthouse dan transportasi karena saya bisa makan roti atau street food yang harganya jauh lebih murah dibandingkan restaurant atau bahkan membawa bekal beberapa bungkus mie dari rumah dan saya masak di guesthouse/hostel.

Itulah enaknya menginap di hostel, bisa masak sendiri. Enak atau miskin nih gak sanggup bayar hotel mahal?, beda tipis loh ini!!

Jepang sudah terlanjur berlabel mahal bagi sebagian masyarakat Indonesia, bahkan ketika beberapa teman saya mengetahui saya akan backpacking ke Japan, pertanyaan dengan label serupa pun berhamburan. "Jepang kan mahal, sekali makan aja katanya bisa segini...katanya ini itu...itu ini aja mahal...mahal..katanya...itu katanya ini....glekk, nahan ludah rasa marah".

Mahal atau murah tinggal tergantung kita nya, semua adalah pilihan, mau makan enak ya pergilah ke restaurant, mau tidur dikasur empuk dengan AC dingin dan bathtub ya bookinglah hotel berbintang, capek jalan kaki naik turun tangga ya naiklah taksi atau sewa mobil sekalian.

Yang pasti budgeting sebelum traveling itu lah kunci nya dan saya terbiasa menghitung detail perhari dari mulai budget transport, makan dll. Memang terkadang tak akurat namun budgeting inilah yang akan jadi tolok ukur seberapa banyak uang yang akan dihabiskan dan panduan akan kemana serta bagaimana caranya.

Hotel dan hostel di Jepang memang terbilang mahal buat ukuran saya. Bagaimana tidak, untuk ukuran dorm room saja harga permalam yang harus dibayar antara 2.000-3.500 yen apalagi untuk kelas hotel. Saya tak punya basic selera untuk membuka situs salah satu hotel di Jepang karena selain pasti harganya mahal, saya juga tak suka tinggal di hotel, gak bisa kenalan dengan traveler lainnya layaknya tinggal di dorm.

Memang lah pasti ada juga hotel yang harganya bisa jadi sama saja dengan hostel, tinggal kembali ke selera masing-masing saja. Namun, di manapun dan apapun, ya ada harga ada rupa thats the rule!.

Hostel/guesthouse di Jepang, kebersihannya dan privacy nya sangat terjaga, gak percaya?, berikut saya ulas beberapa hostel/gueshouse yang saya tinggali selama saya backpacking di Japan.

1. Khaosan Tokyo Asakusa Annex - TOKYO
cabin bed dorm room
Khaosan grup adalah merupakan salah satu hostel/guesthouse jaringan Khaosan yang tersebar di beberapa kota di antaranya Tokyo, Kyoto dan Fukuoka. Di Tokyo sendiri terdapat beberapa hostel di antaranya : Original, Annex, Smile, Ninja, Samurai, dan Kabuki.

Hostel yang salah pilih adalah "Annex". Letak hostel ini di daerah Asakusa, daerah yang menurut saya cenderung sepi dan santai namun jangan salah, daerah ini merupakan tempat di mana Tokyo Skytree berdiri. Sebuah icon baru kota Tokyo yang menggantikan Tokyo Tower. Letaknya memang lumayan jauh dari station subway Asakusa, kurang lebih 20 menit berjalan kaki namun jenis dorm cabin bed nya lah yang membuat saya memilih hostel ini.
 
Memang harganya lebih mahal dibandingkan dengan Khaosan Original yang jaraknya hanya selemparan batu dari Asakusa Station, namun saya ingin merasakan pengalaman lain tidur di cabin bed mumpung sedang di Jepang (Annex 2.500/night dan Original 2.200/night).

Meskipun di website nya tertulis 28 bed dorm, kenyataannya jumlah cabin bed perkamar terdiri dari 8 bed dengan 4 buah bed atas bawah kanan dan kiri, pun dengan koridor jarak antar bed cukup untuk 2 orang berlalu lalang tanpa harus berhimpitan. Kondisi ruangan dan bed nya pun bersih dengan selimut tebal dan 2 buah sheet yang digunakan sebagai alas tidur.

Sedikit kekuranganny adalah, kasurnya yang agak tipis, tangga menuju kamar agak curam dan sempit, kamar mandi di setiap lantai hanya ada 1 toilet dan 1 shower (kamar mandi terbanyak ada di lantai dasar di samping resepsionis dan living room). Nilai plus lainnya selain pasti nya kebersihannya, cabin bednya terbuat dari kayu dan otomatis memberikan kehangatan saat terlelap tidur, terdapat lampu baca disetiap bed, colokan listrik dan sliding door. Jadi saat tidur dan ditinggalkan, bed bisa di tutup dan di kunci layaknya punya private room sendiri. 

Cara menuju hostel :
- Naik subway Asakusa line dan turun di station Asakusa, kemudian cari pintu keluar A2B 
Harga kamar :
- Twin Private Room : 5.200 yen
- 10 Bed Mixed Dorm : 2.000 yen
- 8 Bed Female Dorm : 2.000 yen
- Deluxe 28 Cabin Bed Dorm : 2.500 yen
Website :

2. Ace Inn Shinjuku - TOKYO
Saya terpaksa terburu-buru membuat reservasi di hostel ini dikarenakan saya kehabisan tiket bus malam Willer Express menuju Kyoto dan kamar di Annex sudah penuh. Hostel ini saya pilih karena lokasinya tidak terlalu jauh dari Shinjuku dan berada di line Shinjuku yang memudahkan saya menuju station esok harinya.

Harga permalam untuk mixed dorm capsule bed adalah 3.150 yen. Tidak ada yang salah dengan hostel ini, bahkan capsule bed dorm nya menurut saya cukup besar dan nyaman bahkan bisa merasakan pengalaman tidur di capsule bed. 

Untuk kebersihan dan privacy tidak berbeda dengan Annex, hanya saja bukan sliding door namun gorden. Hanya saja saya kecewa dengan fasilitas yang diberikan. Yeap, kecewa sebadan-badan!! karena untuk mandi yang kamar mandi nya ada di lantai bawah harus mengeluarkan extra money 100 yen/10 menit!.

Saya hanya bisa melongo saat staff hotel menjelaskan hal tersebut. Ini saya yang bodoh tak membaca dulu atau peraturannya yang terlalu mengada-ada ya!. Tapi seingat saya di bagian fasilitas di website nya tidak terdapat penjelasan bahwa mandi harus bayar 100 yen!. Saya merasa tertipu tanpa ba bi bu.
capsule mixed dorm room

Cara menuju hostel :
- Naik subway Shinjuku line dan turun di station Akebonobashi, kemudian cari pintu keluar A3 dan belok kiri (hostel sudah terlihat)
Harga kamar :
- Original Wooden Capsule Bed (Mixed)/Economic Floor : 3.150 yen
- Original Wooden Capsule Bed (Mixed)/Luxury Floor : 4.200 yen
- Original Dorm Bed (Mixed) : 2.000 yen
Website :



3. Khaosan Kyoto Guesthouse - KYOTO
mixed dorm room
Ini dia satu lagi hostel di jaringan Khaosan grup. Saya suka sekali dengan hostel ini, letaknya sangat strategis di apit dengan mini mart dan toko elektronik di salah satu sudut jalan menuju hostel ini dan yang paling penting adalah walking distance dengan kawasan Gion (Geisha Village) dan shopping center Takashimaya yang super bright di malam hari. Buat yang suka belanja, nikmatilah!! namun hitung jumlah yen anda, jangan sampai kebobolan!. 

Staff hotel nya sangat ramah dan helpful menjelaskan area-area di sekitar hotel dan juga tempat-tempat yang bisa di kunjungi selama di Kyoto. Hostel ini tidaklah besar, namun bersih.

Kamar dorm mixed yang saya booking adalah dengan bunk bed 6 orang, cukup lapang dan yang paling penting lagi-lagi privacy nya. Setiap bed dilengkapi gorden, jadi kita tidak bisa saling melihat satu sama lain dan terdapat juga balcon bagi yang ingin bersantai dan menjemur pakaian. Public area selain di lantai dasar juga terdapat di lantai 2, jadi buat yang ingin bersosialisasi dengan sesama traveler, menonton tivi ataupun makan datanglah ke lantai 2.

Setiap lantai terdapat 1 shower dan 1 toilet dan kamar mandi terbanyak ada di lantai 2. Terdapat elevator untuk turun dan naik ke setiap lantai nya, dan jam buka hotel adalah antara jam 08:00-23:00. Bagi yang kembali ke hostel setelah pukul 23:00, tersedia pintu masuk khusus di samping dengan cara memasukkan kode tertentu yang terdapat di gantungan kunci kamar.

Bagi yang bisa berbahasa Jepang dan atau ingin belajar, terdapat kelas conversation berkelompok di function area lantai dasar, tinggal bergabung dan ikaga desu ka...haikk...arigatto...ganbatte!!

Cara menuju hostel :
- Naik Raku Bus dari Kyoto Station (Kyoto Eki-Mae) No.5 turun di Shijo Kawarimachi. Setelah turun dari bus, menghadaplah tetap ke arah bus dan berjalanlah ke arah kanan bahu Anda..kemudian belok kanan kembali di Jalan Shijo Dori dan hitunglah dua buang gang di kanan sebelah kanan (temukan Teramachi Dori) kemudian menyebrang jalan menuju sebuah jalan persis di seberang Teramachi Dori, berjalan sekitar 50 meteran Anda akan menemukan banner Khaosan Kyoto Guesthouse 
Harga kamar :
- Single Private Room : 3.800 yen
- Double Private Room : 3.200 yen
- Twin Private Room : 3.000 yen
- 3 Beds Mixed Dorm Room : 2.500 yen
- 3 Beds Private Room : 3.000 yen
- 4 Beds Mixed Dorm Room : 2.500 yen
- 4 Bed Private Room : 3.000 yen
- 6 Beds Mixed Dorm Room : 2.300 yen
- 6 Beds Private Room : 2.500 yen
- Female Dorm Room : 2.500 yen
- 10 Beds Dorm Room : 2.000 yen
Website :

4. Ten Hostel and Cafe - OSAKA
tatami room-male dorm
Satu hal yang membuat saya membuat reservasi di hostel ini, adalah booking tanda jadi dan tatami room. Tanpa tanda jadi? gak pake bayar?. Yeap, tanpa ada uang muka 10% layaknya hostelworld jika melakukan reservasi langsung via website nya, dan akan ada konfirmasi balasan melalui email.

Selama di Jepang, saya sengaja mencoba berbagai jenis kamar yang berbeda, dari mulai cabin bed, capsule bed, common bed dan tatami. Sebetulnya saya ingin sekali menginap di ryokan guesthouse untuk bertatami ria, tapi apa daya harga tak terjangkau. Alhasil saya putuskan untuk mencoba tatami di ten hostel dengan harga untuk 4 male dorm room 2.400 yen.

Keadaan hostel memang agak sedikit gelap, namun buat saya malah terkesan syahdu ya bukan spooky dan saya suka sekali dengan tatami room nya. Dengan sebuah tirai yang terbuat dari bambu yang menjadi pembatas tiap bed dan space yang cukup lapang, alas/karpet kamar yang juga terbuat dari bambu membuatnya berkesan kuno, hangat dan traditional.

Kamar mandi/shower hanya terdapat di lantai 2 dan toilet di setiap lantai dan di roop top terdapat balcon, jadi bisa untuk bersantai-santai.

Saya sebelumnya banyak mengobrol dengan salah satu staff hostel by email setelah melakukan reservasi dan ketika saya datang melakukan check in, saya bagaikan bertemu dengan teman lama, ngobrol sana sini seputaran Osaka dan kota-kota sebelumnya yang saya sudah singgahi sebelum kemudian mengantarkan saya menuju kamar.

Seorang staf lainnya bahkan mengajak ngobrol banyak hal bahkan mengajak main badminton tengah malam di udara yang dingin (sebagian ceritanya bisa di baca di sini). Itulah keuntungannya tinggal di hostel/guesthouse, kita bisa dapat teman ngobrol atau bahkan travel partner mendadak.

Obrolan ringan sebelum tidur dengan teman sebelah bed yang kebetulan adalah seorang japanese mengenai Jepang dan budaya nya, membuat saya ingin ikut dengan nya ke Nara esok pagi nya. Kami check out berbarengan tapi sayangnya tujuan kami berbeda

Cara menuju hostel :
- Terdapat dua alternatif menuju hostel ini, jika naik subway turunlah di station Minami-Morimachi dan jika naik Osaka Loop Line turunlah di Osaka Temangu
Harga kamar :
1. Dormitory Type
  - Mixed Dorm : 2.400 yen
  - Male Dorm :  2.400 yen
  - Female Dorm : 2.600 yen
2. Private Type
   - Single (1 Person) : 4.500 yen
   - Double (2 Person) : 2.800 yen
   - Twin (2 Person) : 3.100 yen
   - Triple (3 Person) : 2.800 yen
   - Quad (4 Person) : 2.600 yen
Website :

Masih berpikir Jepang mahal? pikirkan lah lagi?. Setelah ini saya akan coba mengulas tentang transportasi di Jepang dan juga harga makanan dan in the end, masihkah berpikir bahwa Jepang mahal dan tidak cocok untuk backpacking kesana?..well, lets see.

HAPPY TRAVELING

Hal Penting :
1. Pertimbangkan area dan transportasi dalam memilih hostel, pilihlah hostel yang paling terdekat dengan tempat-tempat yang akan dikunjungi, dengan demikian budget untuk transportasi dari dan menuju ke hostel dapat dialihkan ke pos yang lain, makan misalnya
2. Hostel-hostel di Jepang meskipun kecil namun kebersihan, privacy dan security nya tetap no.satu
3. Dalam musim-musim tertentu seperti winter, hostel-hostel banyak memberikan potongan harga 500-1.000 yen, jadi banyak-banyaklah googling untuk mendapatkan harga terbaik


9 comments:

Post a Comment

Melesat Bersama Shinkansen Kyoto-Osaka

Sore itu Kyoto baru saja di guyur hujan , angin dingin menerobos dengan boros coat dan sweater yang saya pakai. Setelah mengambil backpack yang saya titipkan di loker (coin locker), saya bergegas menuju tempat penjualan tiket Shinkansen yang terletak di lantai dua Kyoto Station yang besarnya segede Grand Indonesia Shopping Center.

Mbak-mbak petugas memperlihatkan jadwal keberangkatan Shinkansen Nozomi Kyoto-Osaka dan akhirnya saya memilih 17:40 dengan harga 1.380 yen non reserved seat.

Non reserved seat adalah tiket tanpa tempat duduk alias berdiri dan harus di gerbong kereta 1-3, jadi jangan salah menaiki gerbong nya, kalau tidak, akan di minta pindah dengan halus oleh petugas pengecek tiket di dalam shinkansen nanti (termasuk saya yang di minta pindah karena asal masuk gerbong dan dengan tanpa dosa duduk di kursi yang kosong. Habis...semua kursi pada kosong).

- "sorry sir, ur ticket is non reserved seat and this is reserved seat car, could u please move to the car 1-2-3". Ujar seoranga petugas setelah memeriksa tiket saya.

Malu hati saya denga kebodohan ity (salah juga itu tiket gak ada tulisan gerbong berapa, eh tunggu...gak ada tulisan atau gak bisa baca nya ya karena pake kanji).

Saya sengaja memilih non reserved seat mengingat jarak tempuh yang tidak terlalu lama dengan harapan bahwa kereta tidak terlalu penuh dan saya dapat ngebajak salah satu kursi nya. Non reserved seat memang merupakan gerbong kereta di mana siapa cepat dia dapat tempat duduk.

Saya bergerak ditengah shinkansen yang melaju cepat, terseok-seok bak ayam keok dari gerbong 8 menuju 1-2-3 diiringi tatapan penumpang yang penuh heran!. Maafkan saya Indonesia, bukan bermaksud berbuat nista memperlukan bangsa namun saya ingin menikmati perjalanan super cepat dan mahal ini, dan saya pun terduduk di gerbong 6 dan segera mengambil posisi di dekat jendela.

wuuuzz, bayangan putih berkelebat! hantu? kunti? pocong?. Nope! itulah shinkansen di rel satunya.

Saya merasa tidak sedang berada di kereta super cepat karena rasanya kereta melaju dengan normal. Saya melayangkan pandangan keluar jendela, pemandangan di luar sana pun melintas biasa saja, tak begitu terasa kecepatan kereta ini. Hanya saja begitu berpapasan dengan shinkansen lainnya, barulah terasa betapa super cepatnya shinkansen ini. Kereta dengan hampir 12 gerbong hanya melintas se per sekian detik, melesat! menukik!! mengibas! menerjang dan menghadang banjir bandang, lho kok!!.
Kaki belum juga lemas, badan belum juga duduk tegak tapi terdengar kata Shin-Osaka di speaker yang mana itu adalah tujuan terakhir shinkansen ini dan juga tujuan saya.

"uhhmm, bener nih sudah nyampe? belum juga puas menikmati pemandangan dan mengamati kereta ini apalagi selonjoran dan tidur, sudah nyampe aja nih kereta, gumam saya".

Kereta berjalan melambat memasuki sebuah bangunan dan saya melihat sebuah display 'SHIN-OSAKA'. Yah, beneran sampe!. Tangan saya baru saja menghangat setelah 15 menit yang lalu merah-merah terasa masuk ke dalam freezer kulkas di bantai angin Kyoto, masa tangan saya harus kembali memerah setengah beku bak ikan kaku!.

Kyoto-Osaka di tempuh oleh Shinkansen ini hanya dengan waktu tempuh 15 menit. Dan formasi Shinkansen Nozomi ini adalah 2 kursi di kanan dan 3 kursi di kiri (jika kita menghadap ke arah depan kereta dan jika tidak salah ingat). Eh, atau formasi nya 2-2 ya kanan kiri?...uhmmm, cari info nya sendiri atau buktikan sendiri lah.

HAPPY TRAVELING

Hal Penting :
1. Station Shin-Osaka dan Osaka itu berbeda, Shin-Osaka diartikan sebagai station Osaka baru dan merupakan tujuan Shinkansen, jadi Shinkansen ini tidak berhenti di Osaka. 
2. Dari Shin-Osaka untuk menuju pusat kota Osaka yang terhubung dengan jalur kereta terintegrasi massal Osaka Loop dan Subway, harus naik kereta lokal ke station Osaka dan setelah turun dari Shinkansen, carilah papan penunjuk transfer to JR, turun satu lantai dan tidak perlu membeli tiket lagi karena tiket shinkansennya sudah termasuk tiket terusan.
3. Shinkansen Nozomi merupakan shinkansen tercepat dan hanya berhenti di station-station besar, jadi pastikan tujuan anda sebelum memilih akan menaiki shinkansen, untuk informasi lebih jelas dari mulai harga, no.track, nama Shinkansen dan juga waktu tempuh bisa disimulasikan di situs Hyperdia.com

9 comments:

Post a Comment

Sakura Not Blossom Yet

Sakura identik dengan Jepang karena bunga ini hanya terdapat di tanah samurai dan merupakan tanaman liar yang tumbuh di seantero Jepang. Bunga ini hanya mekar sekali dalam setahun dan pada saatnya tiba, seluruh negeri berseri dan merona.

Sakura mekar dari mulai daerah Jepang bagian selatan menuju ke utara setelah itu rontok dan akan mekar setahun kemudian. Miyuki, seorang gadis Jepang yang saya kenal di pesawat yang kebetulan duduk bersebelahan dengan saya mengamini bahwa jika saya ingin melihat sakura saat ini (awal maret), saya harus pergi ke daerah selatan Jepang, dan saat saya menyebut salah satu kota "Hiroshima?".."no, more south" jawabnya.

Teori mekarnya sakura bukan isapan jempol belaka, dan terbukti bahwa di seantero Tokyo, pohon sakura masih gundul menyisakan batang-batangnya saja. Di sepanjang jalanan Tokyo, praktis hanya seonggok pohon tak menarik tercabik-cabik musim dingin yang baru saja berlalu.

Pun sama saat saya berada di gunung fuji, pohon sakura batang-batangnya bertelanjang panjang tak tahu malu berserakan disetiap sudut. Bahkan onggokan salju masih terdapat di beberapa sudut jalan.

Saya masih berharap bisa melihat sakura di Kyoto minimal kuncup atau setengah mekar, namun apa lacur harapan itu hancur karena di Kyoto pun sama, gersang! sakura masih belum berbaju. Saya hanya bisa membayangkan betapa indahnya seluruh kota dan taman-taman dipenuhi bunga sakura. Asa itu nyata saat saya mengunjungi Kiyomizudera Temple di Kyoto, 3 pohon sakura berlainan warna sedang mekar merah, pink dan putih. 



Osaka, adalah keberuntungan saya selanjutnya melihat sakura. Seorang resepsionis ten hostel yang saya inapi menjelaskan bahwa saat ini cherry blossom memang belum terjadi, namun dia berkata bahwa pergilah ke Osaka Castle karena di sana terdapat taman sakura yang sedang mekar dan saya lupa dia menyebutnya apa, yang jelas semacam pre cherry blossom.

Saya mengobrol banyak dengan staf ten hostel tersebut, bahkan salah seorang staf lainnya ngobrol-ngobrol ngalor ngidul di depan hostel di tengah dinginnya malam kala itu sambil ngebul bersama. Karena udara begitu dingin, kemudian kami melanjutkan mengobrol di dalam, dan dia pun bertanya
- Do you like badminton?
- Yup, why?
- Nope, just asking. uhmm, wanna play badminton with me on the street outside? lanjutnya.
- Hah, its 10pm and so cold outside, well, i dont think so

Dan pintu terbuka, dia menyapa seorang tamu lainnya.
- Hai, do u like badminton?
- Why?
- Nope just asking, jawabnya lagi namun kali ini tanpa mengajak main.

Tergelitik dengan sikapnya, saya bertanya "apakah setiap orang yang masuk ke hostel ini kamu ajak bermain badminton malam-malam gini?". hahaha, no, i was just asking bahaknya.

Pintu terbuka kembali, namun kali ini cewek jepang yang kayaknya adalah temannya. Sesaat kemudian mereka mengobrol ngalor ngidul dengan seru nya diselingi tertawa bersama.
- May i sit here, ijin si cewek jepang pada saya
- Of course, please have a sit

Akhirnya mereka bergabung dengan saya yang sedang melahap makan malam saya 'bento'. Si cowok akhirnya beranjak dan mengambil dua buah raket.
- Hey, are you serius wanna play badminton in the middle of damn cold night outside, teriak saya
- Yup, sambil mesem-mesem
- You are crazy man! lanjut saya.

Selang 5 menit kemudian, mereka berdua masuk kembali
- Hah, are u done? tanya saya sambil terbengong-bengong
- Kali ini si cewek yang menjawab...."yeah, just a few minutes are enough
- What kind of badminton did u play, thats too short tambah saya.
- Juat for fun, jawabnya
- Heh?? saya tertawa tak geli.



Dari kejauhan saya menangkap pepohonan bermerah jambu di Osaka Castle, namun saya tidak menyadari kalau itulah taman yang semalam di jelaskan oleh staf ten hostel. Saat tiba di taman itu, teman saya yang perempuan berteriak. whoaaa, sakura!!!, fotoin...fotoin!!. cekrek-cekrek.

Berjalan kesana kemari ngelilingin taman sakura yang sepertinya sengaja di tata. Ternyata bangam sekali orang-orang bertampang jepang yang menenteng tripod dan kamera. Uhmm sepertinya meraka sedang berhunting ria, bahkan saya melihat salah satu di antaranya berlensakan zoom yang besarnya melebihi body kamera nya. Saya pun tak ingin ketinggalan, bergabung bersama mereka jepret sana jepret sini membidik sakura yang sedang mekar.

Sakura-sakura yang mekar beraneka ragam, merah, putih dan pink muda bahkan beberapa di antaranya sudah mulai gugur. Saya memetik beberapa bunga untuk saya bawa ke Jakarta karena pesanan seseorang. Dan saya pun mendapatkan hadiah bonus sejumput pelototan seorang wanita Jepang.

Sepertinya dia berkata, "apa yang kamu lakukan, dilarang memetik bunga sakura itu" sambil dia geleng-geleng kepala. Ah, terlanjur, bunga nya sudah lepas dan siap masuk tas. Saya pun cuma membalasnya dengan senyuman terindah tanpa dosa.

Hey Miyuki, sakura not blossom yet but i dont need to go to southern japan and i find it in Osaka. Tiba-tiba saya teringat lambaian tangan Miyuki sambil berkata "Selamat Jalan" saat harus berpisah di bandara.


HAPPY TRAVELING
Hal Penting :
1. Cherry Blossom mencapai puncak nya di akhir maret sampai dengan awal april, jadi waktu yang tepat untuk mengunjungi Jepang adalah pada masa itu, namun harus di ingat, itu adalah masa peak season dan otomatis harga tiket dan hotel lebih mahal
2. Datanglah ke taman-taman kota untuk melihat betapa indahnya sakura mekar, namun harus berbagi tempat dengan warga lokal, karena pada masa itu, banyak warga lokal berekreasi dan berkumpul bersama

2 comments:

Post a Comment

Bertemu Geisha di Gion District-Kyoto


Geisha, banyak orang yang mengidentikkannya sebagai pekerja esek-esek di Jepang, namun sejatinya geisha adalah seorang perempuan pekerja seni yang mempunyai keahlian menyanyi, menari dan memainkan alat musik traditional japan.

Sah-sah saja orang beranggapan, namun bagi saya pribadi, geisha adalah sosok misterius yang tidak bisa disentuh sembarangan dan saat saya berada di Kyoto, alhamdulillah saya bisa bertemu dengan sosok nya dan benar adanya bahwa seorang geisha itu misterius. Dia berjalan cepat dengan pandangan menunduk lengkap dengan kimono, sendal bakiak tinggi, dandanan menor putih dan sanggul serta hiasan kepalanya.

Malam itu, setiba nya di hostel saya langsung berjalan kaki menuju Gion District. Kebetulan Khaosan Kyoto Guesthouse yang terletak di kawasan Shijo Kawarimachi hanya berjarak kurang lebih 1km meter saja.

Gion District bergaya sangat kuno dengan jalan-jalan sempit dan bentuk rumah traditional kecil khas jepang tempo dulu, maklumlah Kyoto adalah bekas ibukota Jepang tempo dulu.

Kawasan ini terkenal dengan Geisha Village dan bagi turist yang hanya ingin sekedar melihat dan bertemu Geisha seperti saya dan atau bahkan ingin melihat pertunjukan seni dari geisha ini, sempatkanlah mampir kesini. Namun saya tidak mempunyai informasi bagaimana cara melihat pertunjukkan geisha ataupun hal lainnya dan silahkan digali lebih lanjut sendiri di internet.

Temaram nya lampu-lampu jalan hanya dengan bercahaya lampion dan sepinya rumah-rumah kecil itu bagi saya memang menggambarkan bahwa sosok geisha dan kawasan ini yang memang misterius. 
Kontras sekali dengan jalanan menuju district ini yang terang benderang dengan lampu-lampu jalan dan hiruk pikuk orang-orang berlalu lalang, sebut saja Shijo Kawarimachi yang dipenuhi butik-butik dan pusat perbelanjaan.

Berjalan menyusuri tiap sudut Gion, saya hanya berpapasan dengan segelintir orang dan rumah-rumah yang tertutup rapat tanpa ada tanda-tanda sebuah tempat pertunjukan seni.

Tiba-tiba dari salah satu sudut jalan saya melihat sebuah rombongan dan saya mengenali 2 orang di antara rombongan tersebut adalah seorang Geisha. Setengah berlari saya mengikut rombongan tersebut dan berusaha mengambil gambar, namun sia-sia, mereka berjalan cepat dan berbelok menuju salah satu sudut jalan.

Tak lelah, saya terus ikuti dan terus mengambil gambar. Tersadar di ikuti, salah satu dari bapak-bapak yang mengapit dua orang Geisha tersebut sepertinya berbisik ke salah satu rombongan bahwa mereka diikuti oleh saya dan tuing...Nyali saya langsung ciut takut-takut salah satu rombongan itu adalah yakuza dan jika mereka menghampiri saya, apa jadinya?.

Namun yang terjadi, mereka malah berpose dan salah seorang dari rombongan itu mengambil foto mereka seolah mereka memperbolehkan saya mengambil gambar. argghh, saya berdiri terlalu jauh dan lensa kamera saya tidak sanggup menangkap moment itu.

Saya tetap berdiri terpaku dan memperhatikan langkah mereka menjauh, terus saya ikuti dan akhirnya mereka berhenti di salah satu rumah pertanda meraka akan masuk. Sadar bahwa moment itu akan segera hilang, saya tetap menggambil gambar meskipun geisha itu tampak dari belakang dan samping, dan salah satu bapak-bapak tetap memperhatikan saya.

Ah, saya tidak perduli, paling sial saya dihampiri dan disuruh menghapus foto yang barusan saya ambil, tapi kalo tiba-tiba mereka merampas kamera saya dan membantingnya ke lantai, apa jadi? selesai sudah acara saya dong...uhhhmmm, eh..mereka masuk rumah, dan hilang dalam pandangan.


Saya kembali menyusuri jalanan dan berharap masih ada kesempatan bertemu geisha dan mengambil gambarnya dari depan. Lama tak ada tanda bahwa geisha akan muncul dan waktu menjelang pukul 10 malam. Kemungkinan para geisha sudah beristirahat apalagi saya melihat seorang ibu berpakaian kimono yang sedang menutup dan beres-beres rumah. Okay, thats it! time is over. Saya berjalan menuju gerbang saat pertama masuk tadi dan memutuskan kembali ke guesthouse untuk beristirahat.

Mata yang tak lena dan langkah kaki yang tak pasti, dari jauh saya menangkap sesosok mahkluk yang tak biasa sedang berjalan menuju ke arah saya. Dada berdebar debar dan mata nanar berbinar. Yup, dia adalah sosok geisha.

Langsung saya bidikkan kamera dan geisha itu berjalan makin cepat dan menunduk bahkan sesekali memalingkan muka menghindari tangkapan haus lensa saya.

Cahaya temaram dan tanpa bantuan flash, saya berusaha mengambil sebanyak-banyak gambar dalam kesempatan langka ini...cekrek cekrek cekrek dan saya laksana tercekek dileher melihat gambar di lcd hasil foto kurang memuaskan dan geisha itu sudah menyebrang jalan menuju sebuah rumah. damn...gatot melotot!


Keberuntungan masih berpihak pada saya, sang Geisha masih berdiri di samping pintu masuk rumah menunggu sebuah mobil box yang sedang memasukkan sesuatu ke dalam rumah tersebut. Tak putus asa , saya bergerak setengah berlari mendekatinya dan WOW...sang geisha berpose dan tersenyum saat terdapat pasangan memintanya untuk di foto...cekreeeeekkkk...cekreekkkk, got it her! but eh, kok ngeblur!.

Uhmm, tanpa pikir panjang, saya coba meminta nya untuk berpose kembali..."hallo, may i take a picture of u just one more time please". Tanpa di duga dengan ramah sang Geisha berpose dan menatap kamera saya tersenyum penuh ranum.

Cekrem..cekrek..."Arigato Gozaimasu" sambil membungkuk dalam-dalam dan sang Geisha balas membungkuk untuk kemudian masuk ke dalam rumah. Tapi, loh kok gambarnya kemerahan gini, wah salah setting kamera, lah..duh..dodol (maklum amatiran)...i'm not that lucky but got the lottery at least!


HAPPY TRAVELING

Hal Penting :
1. Jangan lakukan kebodohan seperti saya, setting kamera anda dan sesuaikan dengan kondisi low light, karena moment bisa datang kapan saja dan terjadi dalam sekelebatan mata, kecuali u got the lucky as i am, #lhoo...#
2. Buat yang tidak menginap di area sekitar Gion ataupun Shijo Kawarimachi, untuk menuju ke Gion District naiklah city bus/Raku Bus dan turun di terminal Gion
3. Tetap jaga prilaku dan sopan santun dan waspada saat mengambil gambar geisha, biar bagaimanapun Kyoto adalah Old City yang pastinya mempunyai akar budaya kuno masa lalu kaum jepang, jadi jangan sampai terkesan tidak sopan yang bisa menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan
4. Bagi anda yang perempuan, terdapat penyewaan baju kimono selama seharian (2.000-5.000 yen) dan bisa digunakan untuk keliling Kyoto. Temen saya menyewa kimono seharga 2.000 yen selama seharian, di pakein dan di kasih tas dan di pakai berjalan-jalan keliling Kyoto, menarik kan?
name card penyewaan kimono di Gion, bisa baca nya?


2 comments:

Post a Comment

Gunung Legendaris itu Kini di Depan Mata-Fuji-san


Tidak ada ampun bagi orang yang tidak menghargai waktu dan terlambat datang di Jepang dan saya termasuk orang yang tidak diampuni tersebut. Tiket bus yang saya beli di Odakyu Sightseeing Center dengan rute Shinjuku menuju Kawaguchiko itu adalah pukul 08:10 dan saya baru tiba pukul 08:15 dikarenakan salah estimasi waktu dan menunggu subway dari Asakusa menuju Shinjuku.

Sadar diri telah terlambat, kemudian saya menuju counter Odakyu Sightseeing Center
-  Can i change my ticket to next departure time, sir. pinta saya ke petugas di Odakyu Sightseeing Center,.
Petugas itu melihat tiket bus saya dan
- Sorry sir, your bus is gone and u need to buy a new ticket, but u need to buy it on the bus directly".
Lemes rasa kremes mendengarnya.
- Could you tell me what time is the next bus and which way to go to the bus station since i couldnt find it since yesterday
Saya sudah tak bisa mikir karena harus mengeluarkan extra money 1.700 yen one way untuk tiket baru.
- Its 08:40 and you can go to that door (menunjukkan pintu keluar) and turn left, go straight and cross that street, keep walking straight and thats the bus station.

Berjalan lunglai mengikuti arahan petugas itu sambil mengutuk diri yang terkutuk.
bus shinjuku-kawaguchiko
Saya berjalan menghampiri bapak-bapak di depan pintu bus
- Konnichiwa, is it the bus to kawaguchiko?. sambil menyodorkan tiket dan berharap saya tetap bisa ikut naik bus meskipun bus yang seharusnya saya naikin sudah berangkat
- Petugas : haik..gjghwq oeywqbga lsageahgb hgbwiqq. sambil menunjuk nunjuk jam tangan dan bergeleng-geleng kepala dan menunjuk ke arah dalam ruangan yang ternyata adalah counter ticket bus untuk perjalanan hari itu juga

Saya pasrah dan berjalan menuju loket yang dimaksud
- Hallo, is it counter ticket to kawaguchiko? i have my ticket already but my bad i was late and missed that bus, can i change the ticket into next departure time?
petugas itu ngangguk-ngangguk dan ketak ketuk keyboard mencari jadwal bus.
- Yes, yes...gagajga kgqegq ksagegq hagwq kemudian mencoret jam di tiket saya dan nomor kursi serta menuliskan angka 600 yen.

Tiba-tiba teman saya nyelenong kayak seorang pelenong
- Minta ubah jam pulang nya juga deh, daripada kita di sana terburu-buru.

Saya buru-buru memotong pekerjaan si penjual tiket sebelum dia menuliskan sesuatu lagi

- Sir, excuse me, can i also change the ticket from Kawaguchiko to Shinjuku
- Petugas : okay, okay sambil mengisyaratkan tangannya tanda "tunggu dulu"
petugas itu menyerahkan kembali tiket yang sudah di ubah dan menjelaskan dengan english terbata-bata
- So, how much in total should i pay for all these reschedule times
- Petuga memberikan isyarat bahwa 600 yen adalah harga untuk semua perubahan itu.
Thanks, akhirnya tak harus membeli tiket baru.


Pukul 08:40 bus datang dan penumpang semua naik. Bus kemudian perlaham berjalan meninggalkan Shinjuku dan memasuki tol dalam kota dan bergerak terus menembus jalanan tokyo dan semakin jauh, jauh dan mulai memasuki area pegunungan.

Pemandangan indah itu bagaikan di eropa (padahal belum pernah ke eropa). Desa-desa cantik di kaki bukti dan terowongan-terowongan gunung yang tidak hanya satu atau dua, serta pepohonan yang sebagian berwarna hijau tua dan lainnya berwarna merah, Indah sekali negeri ini.

Jalan tol ini menembus tubuh-tubuh pegunungan dengan terowongan yang panjangnya bisa mencapai 500 m-1 km (jika tidak salah kalkulasi, yang jelas lumayan panjang).

Perjalanan hampir satu jam lebih, saya terkantuk dan lelap dalam tidur dan ketika membuka mata, saya melihat ke arah jendela bus sebelah kiri saya.  Kaget dan takjub melihat dikejauhan terdapat penampakan sebuah gunung yang sebagian puncak nya berselimut salju.

FUJIYAMAAAA....hati saya melonjak loncat. Gunung fuji yang selama ini hanya saya liat di gambar itu kini terpampang dikejauhan dan nyata bukan dalam sebuah post card. Semakin lama gunung itu semakin tampak besar dan nyata dan saya hanya berdecak kagum takjub. Saya menatap gunung legendaris itu.

Saya sibuk sendiri mengambil gambar sementara penumpang lainnya duduk dengan tenang bahkan sebagian memperhatikan saya yang kebakaran jenggot mondar mandir kesana kemari memotret.
fuji-san sang legendaris
Bus kemudian berhenti di kawaguchi station dan tiba-tiba gunung fuji yang tadi saya lihat menghilang dari pandangan. Saya mencari-cari kereta gantung kachi-kachi ropeway dan danau kawaguchi namun tidak tampak di mana keberadaan mereka berdua.

Setelah bertanya kepada petugas di dalam station, ternyata untuk mencapai danau kawaguchi saya harus berjalan selama 10 menit. Dan ternyata memang benar, kawaguchi itu berada dibalik bangunan station dan di salah satu sudut danau saya melihat sebuah kereta gantung dan bertanya sendiri apakah itu yang namanya kachi-kachi ropeway?.

Setelah mendekati bangunan yang merupakan station kereta gantung tersebut, ternyata memang benar, inilah kachi-kachi ropeway dan gunung fuji bisa dinikmati di salah satu puncak bukit di atas sana. Untuk menaiki kachi-kachi ropeway saya harus merogoh kocek 700 yen return dan sesampainya di atas, gunung fuji kembali terlihat.
kachi-kachi ropeway
Gunung itu tampak diselimuti kabut tipis namun masih tampak jelas terlihat. Saya duduk berlama-lama memandangi nya dari atas bukit dan menyayangkan sakura masih gugur dan merontokkan daunnya sehingga keadaan sekeliling terasa gersang.  Padahal jika tidak, pastilah pemandangan jauh lebih dramatis dan saya pun meringis.

Di sisi lain, danau kawaguchi tambak bisu membiru dan di sekeliling danau serta kaki gunung fuji, pedesaan dan pemukiman terhampar damai namun tak ramai.
arena bermain di kaki gunung fuji-kawaguchiko

kawaguchi lake
Dua jam saya habiskan di gunung fuji dan teman saya ribut ingin segera kembali ke Tokyo karena masih ingin berkeliling sebelum keesokan harinya bertolak ke Kyoto. Padahal tiket bus yang sudah di ubah tadi seharusnya kami kembali ke Shinjuku pukul 17:10.

Bertanya ke petugas, ditolak mentah-mentah karena tiket hanya bisa diubah sekali dan saya sudah merubahnya sekali, jika tetap akan kembali ke Tokyo pukul 14:10, maka saya harus membeli tiket baru 1.700 yen.

Teman saya tetap pada keinginannya meski harus membeli tiket baru. Well, ya sudah lah akhirnya terpaksalah membeli tiket baru.

Setelah jam keberangkatan, bus perlahan meninggalkan station dan kembali menuju jalan tol. Gunung fuji kembali terlihat, saya melambaikan tangan perpisahan. Ada perasaaan aneh menjalari sanubari, betapa saya ingin terus memandangi gunung yang melegenda itu. Melihat dengan jelas salju abadi yang menyelimutinya, begitu agung dan begitu bermisteri.


HAPPY TRAVELING

Hal Penting :
1. Durasi perjalanan Kyoto-Kawaguchiko ditempuh kurang lebih 1,5 jam namun bisa lebih lambat tergantung kondisi kemacetan jalanan
2. Jangan lupa membawa coat dan jaket jika berkunjung ke Fuji karena meskipun matahari bersinar terang, anginnya dingin menusuk kulit
3. Bus menuju Kawaguchi dari Shinjuku akan berhenti di 3 station dan jangan turun sampai bus benar-benar berhenti di station terakhir dan itulah station kawaguchi
4. Terdapat arena taman bermain seperti dufan di jakarta di dekat station kawaguchi dan roller coaster nya mantap!

18 comments:

Post a Comment

Mendadak Panik Visa Japan - [Ojek Mana Ojek]

Banyak cerita tentang susah nya mendapatkan visa terutama ke negara-negara maju bagi pemegang paspor hijau seperti saya. Meskipun sudah diingatkan beberapa teman bahwa visa Japan itu cenderung mudah, namun saya tetap saja dilanda cemas dan mendadak mumet.

Persyaratan sudah lengkap namun kendala di tabungan yang karena ada keperluan mendadak terpaksa harus tarik tunai sebagian sebelum pengajuan visa ini. Alhasil, jadilah jumlah uang di rekening bisa dibilang pas-pas an, pas untuk diterima atau di tolak visa nya.

Jika dalam keadaan bingung, terkadang saya punya ide yang konyol. Maka timbulah ide untuk memanipulasi data rekening dengan memotong tanggal print out copy tabungan di saldo saat sebelum tarik tunai. Perfect! saya siap menghadap yang berkuasa di bidang visa di gedung yang letaknya persis di depan plaza EX, Jakarta yang setiap hari nya nongkrong mobil polisi warna orange, Japan Embassy.

Ragu dan cemas membuat selera makan lemas. Bagaimana jika pihak embassy melakukan konfirmasi ke bank, bagaimana jika dia mengecek tanggal di copy tabungan, bagaimana jika buku tabungan asli di minta dan di cocokkan dengan copy yang saya lampirkan, bagaimana jika...jika ini itu..itu ini dan bagaimana...arrgghh, saya mulai kacau dengan sejumlah pertanyaan pribadi yang menjadi diri merasa dengki pada yang punya uang tak mini.


- Kapan mau apply Visa?" saya akhirnya menyapa teman

- Mau apply bareng ajah? soalnya kita pake surat keterangan kalau biaya perjalanan ditanggung kantor

Tawaran teman bak angin sendu menyapa merdu hati yang sedang merindu.
- Emang bisa ya pake jaminan kantor doang? surat keterangan gw cm menjelaskan kalo gw karyawan dan ke jepang bukan untuk cari kerja dan akan balik lagi bekerja dan biaya ditanggung sendiri. Lagipula kan gw bukan karyawan kntor lu, nah kalo pihak kedutaan nanti konfirmasi, apa malah jadinya kagak runyam?. Saya merasa tak yakin!
- Kita kemaren apply visa korea bisa kok, dan tidak ada konfirmasi, lagipula kan di urus sama agent, kita terima beres aja.

Ya jika hanya pake surat jaminan dari kantor dan rekening tabungan pribadi tidak diperlukan, ya lebih baik pake travel agent ajah. Toh kesempatan akan lebih besar mengingat tabungan yang dilampirkan adalah rekening si penanggung biaya perjalanan.

Di tengah proses visa, teman saya kemudian memberikan informasi tambahan
-Son, ini travel agent tetap minta copy rekening tabungan berapapun saldo nya

Tiba-tiba saya terpaku membaca sekelumit kalimat tak sedap itu!
- Kemaren katanya bilang cuma pake surat refferensi kantor, gak pake tabungan segala, kenapa sekarang jadi berubah lagi persyaratannya. Kalo syaratnya sama aja mah mending apply sendiri dong, lebih murah lagi.

Akhirnya tak jadilah saya apply via travel agent dan mengambil semua berkas saya yang sudah di travel agent dan kembali ke rencana semula. Sekalian lah saya mencari tahu seperti apa apply visa Jepang itu, biar ada perjuangan dikit.

Kepala tuing-tuing lagi cemas tatkala ingat perihal pemotongan tanggal copy rekening tabungan. Ya seperti biasa, pake jurus klise kasak kusuk alasan busuk meminta bantuan teman dan adik saya mengisi tabungan dengan sejumlah dana dan print kembali ke bank.

Tiba di depan embassy, saya menyusun kembali semua berkas. Dan jreng jreng mata jereng mencari-cari lembaran bookingan hostel di japan raib!.
- Duh, ini bookingan hostel gw pada kemana ya? kok ilang semua. Emosi saya bertanya setengah menyalak ke teman.
- Diambil sama agent son, kan kita apply visa barengan dan tinggal di hostel yang sama. jawab teman saya.
- Loh, kalian kemaren gak copy itu bookingan hostel? kan gw sudah bilang, copy masing-masing dan lampirkan berkasnya di masing-masing orang!. Lagipun kenapa kagak bilang kalo bookingan hotel di ambil agent, kan lu tau gw mau ambil berkas gw lagi
- Kirain lu ngecek lagi son pas kemaren ambil berkas..temen saya bela diri

Ya salah saya juga tidak melakukan cek ulang saat menerima pengembalian dokumen dari agent kemaren. Saya pikir dokumen itu akan sama komplit nya seperti saat diserahkan.

Saya berusaha tetap sabar karena sabar adalah kunci biar hati tetap lebar. Saya muter-muter mencari rental komputer untuk print out semua bookingan hotel tapi tidak sukses. Waktu sudah semakin mendekati batas akhir penyerahan dokumen pengajuan visa hari itu, ya sudah lah diputuskan esok kembali lagi ke embassy. 

Keesokan hari nya, saya kembali ke embassy dan mengantri di pintu gerbang bersama yang lain.
- Keperluannya nya apa mas?, tanya petugas saat penukaran id embassy
- Apply visa, pak
- Tunggu sebentar mas, tunggu sampai orang yang di dalam itu masuk dulu, lanjut petugasnya (jadi, masuk ke dalam embassy itu harus satu-satu, tidak boleh sekaligus rame-rame).

Di dalam ruangan tidak terlalu banyak orang, saya mengambil nomor antrian dan mencari tempat duduk. Rasa cemas, ragu dan bimbang kesumat campur aduk dengan duk duk duk bunyi sepatu belel saya di lantai. Melihat loket berasa nasi uduk busuk, pengen muntah. Dalam keadaan super grogi, biasanya saya memang mendadak pengen muntah.

Ini adalah pertama kalinya saya apply visa dengan melampirkan rekening tabungan. Bayangan penolakan karena tabungan tidak cukup pada batas saldo yang ditentukan, membuat "panic button" saya menyala otomatis.

Tibalah giliran saya menghadap loket. Petugas melihat-lihat berkas saya dan tiba-tiba bertanya.
- Ini yang satu nya lagi sudah apply visa belum?
- Hah?, yang satunya siapa ya mbak? jawab saya bingung
- Ini dibookingan tiket kan ada 2 orang, timpal mbaknya, sudah apply belum dia?
- Oo, dia apply sendiri mbak, sudah duluan, sadar saya

Mbaknya menyodorkan kertas untuk di isi.
- Visa nya bisa di ambil hari rabu ya mas, bawa tanda terima ini, jam waktu pengambilan dari jam 14:00-15:00
- Ok mbak, terima kasih banyak.


Sabtu, Minggu, Senin, Selasa laksana seminggu. Teringat lembar diagram pengajuan visa dari mulai saat memasukkan berkas sampai dengan visa disetujui atau di tolak dan jika di tolak hanya bisa mengajukan kembali setelah 6 bulan ke depan dan alasan tidak disetujui tidak diberitahukan.


Mulailah andai berandai dalam masa penantian bergerilya dengan bebas, meledek, mengejek dan seolah tersenyum durjana. Rabu pun tiba, saya harus menyelesaikan urusan kantor terlebih dahulu sebelum menuju embassy untuk mengambil paspor yang dengan harapan sudah ditempeli visa japan di dalamnya.

Tapi entah pertanda apa tiba-tiba hari itu kantor pajak berasa sesak dan saya terbelalak mendapati nomor antrian saya di sembilan puluhan dan nomor antrian yang tertera di display baru empat puluhan, artinya saya harus mengantri lima puluhan nomor lagi. Yap, lima puluh nomor!! belum lagi saya harus ke kantor pajak lainnya dan entah harus berapa nomor lagi saya harus mengantri di sana!.

Langsung berasa mules, berasa menduduki kursi toilet!. Saya langsung menyusun skenario dadakan meminta driver menggantikan tugas saya submit laporan.

Telp kantor gak di angkat, telepon driver kantor tidak nyambung, bbm teman belum juga di baca. Tik tok tik tok detik dan menit seolah menertawakan dan display nomor antrian berjalan sangat lambat. Aduh, saya harus tiba di embassy sebelum jam 3, jalanan pasti koplak jaya karena jam makan siang begini, keburu gak ya. Saya beneran mules.

Tibalah jam makan siang, dan telepon berbunyi
- Pak, masih di kantor pajak? kantor pajak yang mana, saya otw kesana nih, suara di ujung sana langsung nyamber bersusun-susun.
Cesss, es teh tawar yang saya minum berasa juice segar setelah menerima telepon dari driver tersebut, sempurna! saya bisa mengalihkan tugas kantor ini!.

Selesai di kntor pajak pukul 14:00 tepat waktunya loket pengambilan visa dibuka dan jreng benar adanya jalanan macet ditambah hujan mulai turun seakan menghalangi saya!
- Mas, nanti turunkan saya di tempat yang ada ojek nya ya, saya mau naik ojek aja ke embassy. lirih saya ke driver yang sedang bengong melihat jalanan.
- Masih keburu emang pak? ini sudah 14:30 loh pak, hujan lagi, apa gak sebaiknya besok saja pak ke embassy nya. timpal driver kantor...
- Saya harus ke embassy hari ini mas, apapun yang terjadi, soalnya visa saya dijanjikan diambil hari ini, ngotot saya penuh gelisah basah, loh!!
- Mas, turunkan saya di sini, itu kayaknya ada ojek.

Di tengah hujan rintik-rintik skala sedang, saya setengah berlari dan mengecek isi dompet untuk membayar ojek.
- Hah, kok cuma ada 50rb? yaelah, kenapa semalam lupa ke ATM ambil duit.

Mulai panik stadium klenik. ATM mana ATM! mana dia! kebodohan nomor satu terjadi! lirik jam sudah 14:45, liat pom bensin langsung menukik dan ternyata oh ternyata ATM BCA nya antri. Hiyaa....apalagi ini! ATM Mandiri terlihat menganga teronggok dan melongok. Tanpa pikir panjang langsung ambil duit via Mandiri dan melesat lagi menuju ojek yang sedang mangkal.
- Ojek mas?...Yang punya motor mengeryitkan dahi. eh, bukan ya? maaf-maaf!
Saya berjalan ke motor yang satunya
- Ojek bukan mas?, lah bukan juga? aduuuh, ojek mana ojek!  
Ternyata mereka semua adalah kerumunan pengendara motor yang sedang berteduh karena hujan gerimis


Tersisa 5 menit menuju loket pengambilan visa di tutup dan saya masih berada di pancoran, masih jauh menuju Japan Embassy di bilangan Thamrin. Saya tidak akan sampai di Embassy meskipun naik ojek dengan kecepatan ala-ala pembalap Rosie.


Saya mencoba membuka browser mencari nomor telepon embassy untuk konfirmasi, namun tetesan air hujan menyulitkan saya membuka browser. Waktu menunjukkan pukul 15:00, Ah tamat sudah riwayat saya. Gagal ke Jepang gara-gara tiada ojek.

Telepon kemudian tersambung namun tak ada orang sepertinya. Setelah dua kali redial, di ujung sana menyapa, "Hallo". Saya pikir bakalan pake bahasa Jepang atau minimal English karena itu nomor telepon Kedutaan Japan, tapi mungkin yang kerja tetap orang Indonesia.
- Visa mulai bisa diambil hari ini mas, tapi besok dan seterusnya juga bisa kok. Informasi kemaren di loket bilang hari Rabu bukan berarti cuma bisa di ambil hari ini saja

Dduaarrrr!!! kebodohan dua terjadi. Kenapa saya tidak bisa berpikir jernih dan menerjemahkan dengan bijak bahasa mbak petugas saat menerima tanda terima "visanya BISA di ambil hari rabu ya mas". Kata BISA bukan berarti cuma BISA hari rabu tapi BISA di ambil mulai hari rabu dan seterusnya. Uhnm, harus nya bahasa yang benar adalah "BISA DIAMBIL MULAI HARI RABU" BUKAN "BISA DIAMBIL HARI RABU". Kalau begitu kan saya tidak berasumsi visa di ambil hari Rabu saja.

Eh, siapa yang bodoh ya? saya atau bahasanya yang rancu laksana memakai gincu?. Yowis lah, gak perlu ojek dan gak perlu ke embassy juga. Tapi terlanjur basah ini kena hujan, pulang aja apa ya gak usah balik kantor.

- Mas, saya tunggu di depan ya, masih ngantri kah di dalam? saya menelepon driver
- Untung bapak telepon, ini petugas pajaknya ada tanya pak, saya gak ngerti, bisa tolong bapak masuk ke dalam
Arrgghh, saya sedang bodoh hari ini, jangan tambah lagi kebodohan lainnya!


Esok hari nya, saya kembali ke embassy dan nomor antrian kembali mendadak panjang meski tidak sepanjang di kantor pajak kemaren. Saya gelisah lagi namun tidak disertai basah seperti saat mencari ojek , menunggu dan menunggu satu persatu nomor antrian dipanggil.


Memperhatikan dengan seksama mimik orang-orang yang kembali dari loket dan kebanyakan dari mereka tersenyum dengan paspor di tangan, apakah ini pertanda baik?. Mungkin itu pertanda visa mereka di approved tapi belum tentu buat saya.

Tibalah giliran saya. Mencoba berjalan tegar, saya menuju loket disertai jantung berdebar. Apakah paspor saya sudah ditempeli visa? ataukah saya diminta melengkapi dokumen lagi? ataukah paspor saya dikembalikan dan tidak terdapat visa di dalamnya?. Asumsi-asumsi itu membuncah di kepala.

Ibu-ibu menerima tanda terima saya dan mulai mencari paspor ditumpukan sebuah keranjang kecil yang didalamnya terdapat paspor-paspor. Saya menahan nafas membuangnya lepas namun lemas, lama paspor saya tak ditemukan. Ibu itu kembali mencari dan jreng, dia mengambil sebuah paspor dan mencocokkannya dengan tanda terima saya lalu menulis sebuah kwitansi, 325.000 rupiah (single entry), ibu itu tiba-tiba menyebutkan nominal itu. HAH! apakah visa saya disetujui?? serius??? gumam saya.

Setelah menerima uang dari saya, ibu itu menyerahkan tanda terima dan membuka paspor saya dan menunjukkan visa japan sudah tertempel di salah satu lembaran paspor saya. Ingin teriak tapi terasa norak, ya sudah teriak dalam batahin saja. (maklumlah, saya baru pertama kali mengajukan visa yang diantaranya terdapat syarat harus melampirkan saldo tabungan, visa china yang saya urus sebelumnya tidak mengharuskan adanya tabungan dan bahkan cambodia hanya VOA) 

Saya lega namun tak percaya. Sebagai bentuk solidaritas atas perbuatan kepada perut saya, akhirnya saya merayakan kemulesan yang sudah daritadi meronta. Saya melihat-lihat lagi visa di paspor saya dan berniat ingin pamer sedikit. Dan, loh handphone kemana, nah gak ada di kantong. Waduh jatoh di mana dia, wah gawat lupa. Saya menghambur ke toilet dan dia sedang tergeletak tiada daya upaya di sana. #hedeeeeeehh!!

TOKYO-KYOTO-OSAKA, here i come!!


Pengajuan visa japan diajukan perwilayah di beberapa bagian wilayah di Indonesia dan semua berkas harus disusun berurutan sesuai dengan nomor urut persyaratan yang di minta, itinerary dan formulir pengajuan visa dapat di unduh di website embassy dan untuk lengkapnya bisa di lihat di sini


Hal Penting :
1. Mengajukan visa Japan ternyata tidak sesulit yang dibayangkan, dan rumor mengenai tabungan yang saldonya harus puluhan juta, ternyata tidak terjadi dengan saya, karena saldo tabungan saya hanya bernilai 10 juta (hitung saja berapa lama tinggal di japan dan kalikan dengan biaya hidup perhari di sana, dan yang terpenting adalah berkas semua komplit dan terlihat aliran gaji/income di dalam nya)
2. Lama pengurusan visa Japan dari mulai memasukkan dokumen sampai visa di ambil adalah cuma 3-4 hari kerja




6 comments:

Post a Comment