Yogyakarta dan Budaya


K
ota Budaya, mungkin tidak berlebihan jika saya menyebut Yogyakarta seperti itu karena bagi saya di kota ini semua masyarakat memegang teguh budaya-budaya jawa dan patuh sekali dengan adat istiadat kekeratonan, mungkin karena dari sisi sejarahnya yang merupakan sebuah kerajaan.

Situs-situs peninggalan masa-masa keemasan keraton masih bisa ditemukan namun sudah tidak berfungsi lagi bahkan cenderung diabaikan. Contohnya adalah komplek tempat pemandian para permaisuri dan selir Taman Sari yang sudah tinggal sisa-sisa bangunan yang tidak terawat, padahal dulu nya selain tempat mandi tempat ini menjadi tempat di mana Sang Raja akan memilih selir yang akan menemaninya selama sehari semalam mengingat sudah menjadi rahasia umum bahwa selir raja bisa mencapai puluhan.

Untuk menyusuri komplek Taman Sari diperlukan guide lokal untuk menjelaskan fungsi-fungsi dari setiap ruangan yang ada dari mulai tempat pemandian yang terdiri dari 2 kolam serta kamar tidur dan makan yang dulu sering digunakan oleh Sultan. 

Selain Taman Sari sudah pasti Keraton lah tempat warisan budaya yang wajib dikunjungi, namun lagi-lagi kondisinya juga kurang terawat sehingga kurang greget untuk dijadikan tujuan wisata andalan, padahal keraton ini masih sering dipakai untuk acara-acara tertentu.

Budaya abdi dalem dan pengabdian kepada Sultan memang sudah mendarah daging dari masyarakat Yogyakarta yang dalam kesehariannya masih memegang teguh nilai-nilai leluhur, ramah dan santun.
Gerbang Taman Sari

Kolam Pemandian Taman Sari
Keraton Yogyakarta

Hal Penting :
- Jangan mudah percaya dengan becak-becak di sekitaran Keraton yang menawarkan mengantar kesuatu tempat karena terkadang tempat itu jaraknya di depan mata
- Untuk memasuki Keraton diperlukan tiket masuk di setiap pintu yang berbeda dan usahakan datang sebelum jam 6 sore
- Jangan lupa mencoba ritual berjalan dengan mata tertutup di Alun-Alun Selatan menuju di antara 2 pohon beringin

0 comments:

Post a Comment