Di Lalerin Demi Jembatan Suramadu


Traveling bareng cewek memang wajib hukumnya untuk menyempatkan diri dengan yang namanya kuliner. Meskipun biasanya jarang sekali saya menyelipkan agenda itu dalam itinerary setiap saya pergi jalan, tiba-tiba pas hari H saya disodorkan sejumlah tujuan tempat-tempat kuliner yang saya sendiri tidak tahu di mana berada dan bagaimana cara menuju kesananya.

Sudah merupakan suatu kebiasaan jika saya hendak traveling, saya googling tempat-tempat yang akan dikunjungi untuk kemudian menyusun itinerary, tetapi seringkali saya melewatkan googling akan wisata kuliner karena buat saya, makan di mana pun sama saja, yang penting perut kenyang.

Saat saya transit selama kurang lebih 6 jam di Surabaya dalam perjalanan pulang ke Jakarta dari Bromo, saya terpaksa memisahkan diri dengan 2 teman saya padahal sebetulnya saya tidak tega melakukan itu selain karena mereka cewek semua, mereka juga buta akan Surabaya. Tapi apa boleh buat, saya ngotot tetap ingin ke Jembatan Suramadu dan teman saya ngotot juga akan ke toko makanan yang menjual lemper yang konon rasanya JUARA serta beli oleh-oleh dan kuliner.

Di terminal Bungurasih kami berpisah untuk kemudian janjian ketemu di airport serta saya wanti-wanti jika sudah sampai di toko makanan yang dimaksud, jangan lupa kasih kabar. Saya melanjutkan perjalanan dengan bus menuju maskot kota Surabaya yang baru yakni Jembatan Suramadu yang menurut pemerintah di claim sebagai jembatan terpanjang di Indonesia.

Karena salah informasi, saya salah naik bus ekonomi menuju Pelabuhan Perak (IDR 4.000) yang seharusnya naik Bus AC jurusan Madura. Bus ekonomi menuju Perak tidak ubahnya bus mayasari bakti di Jakarta, saya sempat kaget ketika ada seorang ibu-ibu muda membuang sampah sembarangan keluar bus padahal bus sedang melaju di jalur bebas hambatan dan dengan santainya tidur terlentang di kursi bus. Dari Perak, saya melanjutkan perjalanan dengan naik angkutan umum (angkot) yang begitu saya naik terdapat banyak lalat berterbangan, uhhmm…abis narik apaan ya ni mobil. Tidak berapa lama naiklah rombongan ibu-ibu dan bapak-bapak yang dengan tanpa basa basi melemparkan barang bawaannya berupa kantong plastik kehadapan saya dan pluung…kantong plastik itu dengan sukses mendarat persis di depan kaki saya.

Di tengah lalat-lalat yang berterbangan di bawah kaki saya dan terkadang 1-3 ekor terbang ke muka saya, rombongan ibu-ibu tadi dengan sangat berisiknya bercakap-cakap dengan bahasa jawa yang sama sekali tidak saya mengerti, alhasil saya hanya terdiam termenung sambil celingak celinguk memastikan saya tidak terlewat. Tetapi karena angkot yang saya naiki trayeknya tidak sampai ke bibir jembatan, saya diantarkan menuju kolong jembatan dengan tambahan biaya (IDR 10.000), fuihh….tak apalah, yang penting sampai.

Jembatan Suramadu yang tersohor itu ternyata tidak seperti yang saya bayangkan, tiang penyangga berwarna merah nya jauh sekali terletak di tengah-tengah jalan yang merupakan jalan bebas hambatan. Jembatan ini juga menjadi tempat wisata warga setempat jika hari libur tiba, banyak sekali kerumunan warga dan kios-kios penjual makanan yang mangkal di sekitar kolong jembatan dan batu-batu kali yang terdampar di pinggir Selat Madura. Lagi-lagi saya menemukan banyak sekali lalat-lalat berterbangan di batu-batu itu dan keadaannya sangat jorok sekali penuh sampah.

Sampai sekarang saya masih tidak percaya, apakah pulau di seberang jembatan itu adalah Pulau Madura? Dalam bayangan saya, pulau itu jaraknya jauh sekali dari Pulau Jawa sehingga baru beberapa tahun belakangan ini Suramadu tersebut dibangun, ternyata hanya selayang pandang.
   

Hal Penting
-Jika akan mengunjungi Suramadu dengan angkutan umum, sebaiknya gunakan bus patas AC tujuan Madura dan turun sebelum gerbang tol
-Ongkos bus patas AC harus dibayar penuh meski tidak sampai Madura
-Untuk jalur pulangnya saya juga kurang tahu praktisnya mesti naik apa, karena setelah menunggu lama, bus Patas AC tujuan Bungurasih tidak juga lewat dan saya terpaksa harus ganti-ganti angkutan dari Pasar Krampol tujuan Joyoboyo dan kemudian lanjut ke Bungurasih, karena tujuan akhir saya adalah Bandara Djuanda
-Jika ingin mengambil gambar jembatan dari jarak yang lebih dekat, diperbolehkan berjalan kaki menyusuri jalan raya sejauh kurang lebih 1-2km

2 comments:

heheee, mengunjungi suramadu eh dirubung laler, hmm... itu pastilah yg bersangkutan belum mandi :P

January 18, 2011 at 1:38 PM comment-delete

@bocil

hahahahahaha...LMAO!

January 18, 2011 at 7:02 PM comment-delete

Post a Comment