Yoschi Hotel Bromo


Terletak kurang lebih 5-7km dari kawah bromo tidak membuat Yoschi Hotel aman dari abu letusan yang kala itu (31 Des'10) telah berstatus siaga bahkan seluruh bangunan dan pelataran hotel tertutup abu bercampur pasir yang tebalnya mencapai 30cm bahkan lebih. Gemuruh deru Bromo yang sedang batuk pun terdengar sangat jelas seperti bunyi guntur dan pesawat terbang lewat.

Yoschi hotel adalah sebuah hotel yang terletak di wonokerto, Bromo yang dimiliki seorang professor dari German (Uschi) yang menikah dengan orang Probolinggo (Yok) dan dari nama kecil mereka itulah nama Yoschi Hotel berasal. Konsep hotel ini bernuansa etnik Bali dengan dinding-dinding kamar terbuat dari anyaman bambu serta taman-taman di setiap bangunan hotel yang dikatagorikan ke dalam berbagai kriteria yaitu Private Room, Bungalow dan Economic & Standard.

Sebetulnya jika dalam keadaan normal (tidak seperti saat bromo meletus seperti pada saat saya berkunjung), hotel ini jauh dari cukup untuk ukuran hotel paling murah di kawasan Bromo, saya sendiri sangat suka dengan interior, wangi dan penataan taman penghubung antara satu bangunan dengan bangunan yang lainnya. Hanya saja untuk kamar type Ekonomi dan Standar keadaannya lembab dengan seprei-seprei yang sepertinya sudah agak usang, beda dengan type private atau bungalow yang tempat tidurnya sangat bernuansa Bali lengkap dengan kelambunya. Ruangan receptionist, restaurant dan kamar-kamar terpisah satu dengan yang lainnya.

Hotel ini terletak persis di pinggir jalan utama menuju Bromo dengan pemandangan pegunungan dan beberapa rumah penduduk disekitarnya, diperlukan angkutan umum (bison) untuk menuju Bromo (Cemoro Lawang) dengan biaya IDR5.000. Hotel ini cukup cerdik mensiasati kekurangan yang terletak jauh dari pusat keramaian/Bromo dengan menyediakan makanan yang enak-enak di restaurant dari mulai Indonesian Food sampai dengan Western Food, saya sangat suka dengan minuman tehnya, wangi dan segar.

Saat saya tiba, Mas Widodo yang bertugas sebagai resepsionis malam itu dengan baik dan ramah menjelaskan kondisi bromo dan kemungkinan untuk tour melihat sunrise keesokan harinya berikut dengan rute yang akan ditempuh. Sambil memperlihatkan gambar-gambar gunung Bromo yang sedang mengeluarkan debu dari Handphone nya, Mas Widodo mengajak saya kebagian belakang hotel untuk melihat kepulan abu bromo dan suara gemuruh yang sangat jelas meski radius Yoschi Hotel cukup jauh. Karena kondisi sudah gelap, maka saya tidak melihat dengan jelas awan debu bromo kala itu, hanya samar-samar bergulung di angkasa.

Kondisi keseluruhan hotel tertutup debu bercampur pasir, bahkan kalau hujan turun, bukan air yang turun melainkan lumpur dan saya merasakannya kala itu. Malam itu saya tertidur dengan iringan musik gemuruh dari Bromo yang semakin menjelang pagi semakin berguruh dan pertengkaran pasangan (chinese look) yang entahlah apa masalahnya karena saya kurang jelas dengan bahasa inggris mereka dan bonus NGOROK dari kamar depan yang merupakan turis dari JEPANG tapi ke esokan paginya dapat keramahan dari turis MALAYSIA yang menanyakan mau jalan kemana hari ini, WHAT A COMPLETE DAY!!!.


Hal Penting :
- Type kamar Standar terdiri dari 2 bed besar, jadi bisa digunakan untuk minimal 4 orang dengan kamar mandi di dalam.
- Economic dan Standard room tergabung dalam 1 bangunan yang terdiri dari 14 kamar dengan lorong yang cukup sempit
- Jika tidak ingin mengeluarkan biaya ekstra untuk transportasi menuju Bromo, pertimbangkan kembali untuk memilih hotel ini
- Hotel-hotel di Cemoro Lawang layak menjadi pilihan jika menginginkan begitu membuka pintu kamar, maka Bromo lah yang tampak dihadapan
- Jangan sungkan untuk bertanya mengenai wisata dan transportasi di sekitar Bromo kepada staf hotel, mereka akan sangat membantu bahkan dengan panjang lebar menjelaskannya
- Hotel ini banyak juga di huni turis mancanegara dan turis dari German biasanya menginap di sini, mengingat kemungkinan karena si empunya adalah orang German

0 comments:

Post a Comment