Hormatilah Ibu mu! - [Sepenggal Kisah di Medina Almunawwarah]
Dahulu kala, pada zaman Rasulullah SAW, alkisah seorang anak laki-laki menggendong ibu nya untuk pergi haji dari Medina menuju Makkah sejauh hampir 300an km dengan siang beratap sengatan matahari gurun dan malam berselimut tusukan dingin iklim padang pasir. Selama menunaikan rukun haji pun, sang anak tetap menggendong ibu nya.
Satu ketika Rasulullah SAW melihat sang anak yang sedang thawaf dengan pundak yang melepuh. Rasul bertanya :
Rasul : 'Kenapa dengan pundak mu?'
Pemuda : "Ya Rasulullah..aku menggendong ibuku dari Medinah ke Mekah untuk berhaji. Dan wahai Rasul, apakah semua yang ku lakukan ini sudah membalas kebaikan ibu ku?
Rasulullah SAW menjawab, ketahuilah wahai anak muda. Apa yang sudah kamu lakukan itu belum mampu membalas setetes darah pun waktu ibu mu melahirkan mu...MASHA ALLAH!
Tidak salah memang jika ada pepatah "Surga ada di telapak kaki ibu". Kisah di atas sungguh memaparkan bahwa betapa pentingnya berbakti dan menghormati ibu mu sepanjang hayat dikandung badan. Jangankan perbuatan kita yang tidak seberapa terhadap ibu, cerita di atas yang bisa dibilang luar biasa super pun tidak mampu membayar setetes darah yang keluar saat ibu berjuang melahirkan! Ini baru melahirkan, bagaimana dengan perjuangan mengandung selama sembilan bulan? menyusui? merawat? dan lain sebagainya. Pesan moral cerita di atas adalah jangan pernah puas dan merasa sudah cukup untuk berbuat dan berbakti pada ibu mu.
Madinah Al Munawwarah
Medina Almunawwarah memberikan saya satu pelajaran penting akan begitu berarti nya seorang ibu.
Pelataran Masjid Nabawi |
Mbak : Mas, dari Indonesia ya?
Saya : Iya mbak..ada yang bisa di bantu? (Pikir saya pasti ni mbak-mbak sedang tersesat)
Mbak : Mas nya tahu travel Al-Badeel? Ini ada ibu-ibu tersesat, saya sudah tanya hotelnya di mana, tapi ibu nya gak ingat.
(Saya melihat seorang ibu-ibu paruh baya terduduk di sudut tangga trotoar persis di pintu masuk Movenvick Hotel dengan muka kosong menatap jalanan menerawang)
Alhamdulillah saat itu Allah menggerakkan hati saya untuk duduk mendekat sang ibu dan memulai percakapan
Saya : Ibu...ibu dari mana? Boleh saya liat tas ibu? Mungkin di dalam tas ibu ada nama hotel atau name tag yang bisa saya hubungi
Ibu : Dari purwakarta jawabnya sambil menyodorkan tas kecil berwarna hitam bertuliskan Al Badeel
Saya mencari-cari apapun yang bisa mengantarkan ibu ini, namun apa daya, di dalam tas itu hanya ada sebuah buku doa tipis dan itupun tak lengkap! Travel macam apa ini??? Duh!!
Saya : ibu, tiasa nyarios sunda? (Ibu bisa bahasa sunda)
Ibu : Sumuhun...tadi pagi ibu teh nuju di jamban, kaca'i. Teras ibu teh indit ka masigit nyalira da rerencangan sa kamar tos teu aya. Nya teras ibu teh hilaf hotelna teu terang kedah kamana deui. Jawabnya sambil tetap menerawang matanya kosong (iyah, bisa sunda..tadi pagi ibu lagi di kamar mandi ambil wudhu terus ibu pergi ke mesjid sendiri karena temen temen sudah pada gak ada...setelah itu ibu gak tau harus kemana lagi, nama hotelnya dan di mananya juga lupa)
Saya hanya bisa mengutuk dalam hati, sungguh tega sekali teman sekamar ibu ini main tinggal aja!. Tidakkah terpikir olehnya bahwa orang pergi umrah itu ingin beribadah sebanyak-banyaknya di masjid dan untuk ukuran orang sesepuh ini, kemungkinan tersesat dan tidak tahu jalan itu sangat pasti dan gak mungkin pergi sendirian. Duh, kenapa ditinggalin?. Ego manusia di tempat suci seperti Mekah dan Medinah memang terkadang diperlihatkan, apakah perduli sesama atau tidak.
Saya : Ibu...ibu ikut saya ke masjid ya..kita nunggunya di sana aja..jangan di sini, nanti temannya ibu susah nyari ibu.
Saya : Mbak, saya izin ibu ini dibawa ke Nabawi ya..soalnya kalo di sini saya khawatir tidak akan ketemu jika ada yang nyariin...(saya berpamitan sama mbak-mbak yang pertama kali menemukan ibu ini)
Mbak : Iya mas, makasih sebelumnya ya mas...soalnya saya mau pergi nih.. (gleekk...gw juga nanti jam 7 mau pergi city tour! Ggrrrhhh...alasan sajah)
Saya : Pak haji, bapak duluan ke hotel aja ya, saya anterin ibu ini ke Masjid Nabawi dulu (saya izin sama bapak temen sekamar)
Bapak : iyah mas haji, sini belanjaan nya mas haji saya bawa ke hotel biar gak repot. Mudah-mudahan ada yang nemuin ibu ini nanti di Masjid Nabawi
(Pagi itu usai sholat subuh, saya memang berbelanja mainan anak-anak untuk keponakan di rumah, jadi agak sedikit repot jika di bawa-bawa)
Saya menuntun si ibu berjalan menyusuri trotoar menuju Masjid Nabawi. Untuk ukuran seumuran ibu ini, lorong-lorong seputaran Nabawi di mana hotel-hotel berada memang membingungkan. Bagaimana tidak, bentuk bangunannya terlihat sama dan akses menuju kesana pun tampak serupa.Lorong dan jalan yang sama besar nya.
Di sepanjang perjalanan menuju Mesjid Nabawi, si ibu itu bercerita bahwa ia sudah di tinggal suami nya menghadap yang maha kuasa beberapa tahun yang lalu. Saya papah ibu itu, entah kenapa saya merasa telah mengenal beliau.
Di pelataran Masjid Nabawi saya dudukkan ibu itu dan memberikan beberapa wejangan bahwa jangan pergi kemana pun sampai saya kembali karena saya akan mencoba mencari bantuan . "Barangsiapa melihat ada orang menenteng tas dengan nama Al Badeel, mohon di informasikan ada jamaahnya yang tersesat dan saat ini sedang menunggu di pintu 10". Itulah skenario yang ada di benak saya.
Pelataran Masjid Nabawi |
Ibu : Mau pergi kemana? jangan pergi, ibu takut (matanya menatap saya penuh ketakutan)
Ya Allah ya Rabbi, tatapan penuh ketakutan itu begitu mengiba. Saya hanya membayangkan, bagaimana jika dia adalah ibu saya, tersesat di negeri orang tanpa tahu harus kemana mengadu. Tanpa bahasa yang bisa dimengerti orang, tanpa identitas yang bisa memudahkan orang untuk meminta bantuan. She's totally lost in the middle of nowhere.
Saya : Saya gak akan kemana-mana, nanti saya kembali lagi kesini nemenin ibu..saya cuma mau minta bantuan agar ibu bisa segera ketemu rombongan ibu...yah, ibu antosan sakedap nya, moal lami.
Ibu : Jangan lama-lama yah, ibu takut ada orang jahat (sambil mata nya melihat ke salah satu sudut di mana terdapat beberapa laki-laki bertampang India atau Pakistan)
Saya : Moal, teu aya jalmi jahat di dieu mah..jangan takut, ibu jangan takut yah (saya memegang tangannya)
Ibu itu hanya berkaca-kaca memandangi saya, terpancar dari sorot matanya begitu ia mengiba dan terlihat ingin segera menitikkan air mata, air mata ketakutan.
Saya : Ibu jangan nangis, nanti saya ikut nangis..sabar yah, insha allah gak lama lagi ibu ketemu rombongan
Ibu : Hanya memandangi saya sambil terlihat ingin tersenyum tapi tertahan (entah apa yang sedang berkecamuk dalam hati nya).
Saya : Ini apa di kuntel-kuntel pake handuk?
Ibu : Mukena, sambil membuka untelan handuk kecil belang putih orange (saya baru sadar setelah menulis artikel ini, bahwa handuk kecil yang biasa saya bawa traveling juga belang putih orange. WALLAHUALAM)
Saya : Mukena nya di pake ya bu, nanti ibu baca doa sementara saya tinggal...di ajarin doa apa sama ustad nya waktu manasik?
Saya membantu memakaikan mukena nya, meyakinkan ibu itu agar supaya duduk dengan penuh percaya diri layaknya orang sedang berdoa bukan orang yang sedang cemas ketakutan. Dengan begitu tidak ada orang yang curiga untuk berbuat jahat. Tapi apadaya, si ibu itu buta hurup dan tidak bisa membaca, dia hanya hafal doa-doa layaknya ibu-ibu dipengajian...huwaaa, ya Allah ya Rabbi.
Dari kejauhan saya melihat ibu itu patuh duduk seperti apa yang saya perintahkan, sebelum pergi meninggalkannya. Bahkan posisi menghadap dan kaki nya pun tidak berubah sama sekali. Namun ada yang berubah sedikit, bahunya terlihat turun naik pertanda dia sedang menangis.
Saya : Ibu, yang sabar ya...saya sudah minta bantuan orang-orang disekitar sini, mudah-mudahan ada salah dua rombongan ibu yang sedang mencari ibu. Jangan nangis ya, nanti saya beneran nangis bareng ibu di sini.
(Ibu itu tersenyum tertahan namun masih dengan air muka cemas dan mata tatapan yang kosong kebingungan).
Setelah beberapa kali meminta bantuan, akhirnya terdapat sepasang suami istri yang bisa di mintai pertolongan. Akan tetapi sang istri bukannya membesarkan hati sang ibu, ini malah menginterogasi sesuatu hal yang tidak penting bertanya "berapa duit harga paket umroh nya?" "Naik pesawat nya apa?" Serta pertanyaan-pertanyaan stupid lainnya. Duh, ber emphaty sedikit kek! Boro-boro ingin bahas begituan, mikirin bisa pulang dan gimana caranya ke hotel aja si ibu ini udah bingung sebadan-badan.
Entah karena mereka juga sibuk ingin beribadah atau tidak mau repot, beberapa orang yang saya mintai pertolongan hanya datar-datar saja menanggapinya. *iya, nanti saya coba cari di dalam masjid* tanpa bertanya lebih detail langsung ngeloyor. Bahkan ada seorang ibu-ibu yang saat saya tegur malah memasang kuda-kuda siaga jurus ambil langkah kaki sejuta!!
Saya bukan orang jahat ibu, jadi gak usah takut. Saya di sini hanya ingin minta tolong bahwa ada jamaah dari travel Al Badeel yang tersesat. Barangkali di dalam ruangan khusus perempuan di sana ada ibu-ibu dari travel yang sama, tolong dikasih tau ada salah seorang yang tersesat namanya ibu Ijah, minta tolong bangat ya bu..*iya mas nanti saya coba* lantas balik badan dengan seksama.
Di saat saya hampir putus asa, seorang bapak beserta istrinya berhasil saya bawa menemui si ibu. Si bapak sibuk menghubungi ketua rombongannya minta bantuan untuk menginformasikan ke beberapa kenalan ketua rombongan travel lainnya bahwa ada jamaah perempuan setengah baya yang tersesat.
Bapak itu dan istrinya terus menerus meyakinkan si ibu bahwa yakin lah akan pertolongan Allah bahwa sebentar lagi akan ada ketua rombongan yang menjemput. Saya bahagia namun sekaligus cemas karena harus segera kembali ke hotel sebab rombongan sedang bersiap-siap akan city tour.
Bapak itu dan istrinya terus menerus meyakinkan si ibu bahwa yakin lah akan pertolongan Allah bahwa sebentar lagi akan ada ketua rombongan yang menjemput. Saya bahagia namun sekaligus cemas karena harus segera kembali ke hotel sebab rombongan sedang bersiap-siap akan city tour.
Sempat terpikir untuk tidak ikut city tour dan ingin menemani si ibu, akan tetapi saya juga ingin pergi dan shalat sunnah di Masjid Quba serta tempat-tempat lainnya. Tapi jika saya pergi, bagaimana dengan ibu ini,. Siapa yang akan perduli dengan keberadaan dan kesusahan dia mengingat dari beberapa orang yang saya mintai pertolongan terkesan acuh dan seolah berkata #gw bawa diri gw sendiri aja susah, boro-boro ngurusin dia#.
Di tengah dilema, saya melihat seorang bapak paruh baya yang sedang celingak celinguk seperti mencari seseorang. Besar harapan saya bahwa bapak itu adalah salah satu rombongan dari Al Badeel yang sudah mendapatkan informasi dan sedang mencari ibu ini.
Setengah berlari saya menghampirinya, namun ternya oh rupanya dia juga sedang tersesat mencari-cari temannya. MASHA ALLAH....kenapa di Medinah ini saya mendadak jadi seperti sukarelawan!
Semalam saya harus menolong empat orang ibu-ibu yang tidak bisa membuka pintu kamar hotel karena kuncinya ketinggalan di dalam. Setelah itu, ada rombongan ibu-ibu yang tidak mengerti bagaimana cara membuka pintu kamar hotel. Sebelumnya malah ada bapak-bapak yang tidak ingat berapa no. kamarnya dan berada di lantai berapa karena ditinggal sama temannya. YASSALAAAMMM
Setengah berlari saya menghampirinya, namun ternya oh rupanya dia juga sedang tersesat mencari-cari temannya. MASHA ALLAH....kenapa di Medinah ini saya mendadak jadi seperti sukarelawan!
Semalam saya harus menolong empat orang ibu-ibu yang tidak bisa membuka pintu kamar hotel karena kuncinya ketinggalan di dalam. Setelah itu, ada rombongan ibu-ibu yang tidak mengerti bagaimana cara membuka pintu kamar hotel. Sebelumnya malah ada bapak-bapak yang tidak ingat berapa no. kamarnya dan berada di lantai berapa karena ditinggal sama temannya. YASSALAAAMMM
Oiya, pagi hari kemaren ketika sarapan pagi, di depan saya duduk ibu-ibu sepuh yang makan dengan tidak lahap dan menyendok nasi dengan tidak benar, ingin rasanya saya menyuapi nya.
Saya : #ibu sehat? kok makannya tidak dihabiskan? tidak enak ya makanannya?#. Kalimat itu terlontar begitu saja tanpa terbendung.
Mbak : *ini ibu mertua saya mas, dia baru saja sehatan setelah sebelum berangkat agak sakit..jawab mbak-mbak di samping nya*....*oiya, kenalkan ini suami saya...sambil menunjuk kepada bapak-bapak yang sudah memakai kain ihram yang baru saja datang menghampiri meja kami*
Saya : #wah, mau berangkat ke Mekah ya pak sudah ber ihram?#
Pagi itu saya bercakap-cakap banyak dengan keluarga itu dan mereka akhirnya berpamitan karena harus segera berangkat untuk mengambil miqat di Bir Ali.
Saya : #ibu jaga kesehatan ya, di Mekah orangnya lebih banyak dan hati-hati saat ber thawaf dan sa'i. oiya pak, jika ibunya tidak kuat, bapak dorong aja ibunya di kursi roda, sewa di sekitaran masjidil haram banyak kok pak, atau bapak bilang aja ke ketua rombongan untuk dicarikan kursi roda...selamat ber umrah pak, ibu, mbak...semoga mabrur#. Sementara teman sekamar saya membekali ibu itu dengan beberapa pil herbal miliknya untuk menjaga stamina supaya tetap fit.
Saya : #ibu sehat? kok makannya tidak dihabiskan? tidak enak ya makanannya?#. Kalimat itu terlontar begitu saja tanpa terbendung.
Mbak : *ini ibu mertua saya mas, dia baru saja sehatan setelah sebelum berangkat agak sakit..jawab mbak-mbak di samping nya*....*oiya, kenalkan ini suami saya...sambil menunjuk kepada bapak-bapak yang sudah memakai kain ihram yang baru saja datang menghampiri meja kami*
Saya : #wah, mau berangkat ke Mekah ya pak sudah ber ihram?#
Pagi itu saya bercakap-cakap banyak dengan keluarga itu dan mereka akhirnya berpamitan karena harus segera berangkat untuk mengambil miqat di Bir Ali.
Saya : #ibu jaga kesehatan ya, di Mekah orangnya lebih banyak dan hati-hati saat ber thawaf dan sa'i. oiya pak, jika ibunya tidak kuat, bapak dorong aja ibunya di kursi roda, sewa di sekitaran masjidil haram banyak kok pak, atau bapak bilang aja ke ketua rombongan untuk dicarikan kursi roda...selamat ber umrah pak, ibu, mbak...semoga mabrur#. Sementara teman sekamar saya membekali ibu itu dengan beberapa pil herbal miliknya untuk menjaga stamina supaya tetap fit.
Kembali ke si ibu tersesat
Saya berpamitan pada si ibu untuk pulang ke hotel sebentar karena akan pergi city tour. Tapi saya coba untuk minta izin tidak ikut dan kembali lagi untuk menemani si ibu sampai ditemukan rombongannya.
Saya berpamitan pada si ibu untuk pulang ke hotel sebentar karena akan pergi city tour. Tapi saya coba untuk minta izin tidak ikut dan kembali lagi untuk menemani si ibu sampai ditemukan rombongannya.
Ibu : Mau kemana? Jangan tinggalin ibu, ibu takut (sambil memegang tangan saya dan menatap penuh pengharapan)
Saya menatap ibu itu dan hati saya tersentak melihat denyut jantung dibalik mukena nya. Ya Allah...denyut jantung itu...denyut jantung itu sepertinya tidak asing bagi saya...hentakan demi hentakan jantung itu tidak akan pernah bisa saya lupakan!. Denyut jantung yang sama seperti ibu saya ketika sedang di rawat intensif di RS karena komplikasi.
Jantung saya berdegup kencang, gelisah penuh tanya. Siapa ibu ini sebenarnya? Apakah Allah sedang menguji saya? Apakah ini seperti cerita dari orang-orang bahwa terkadang Allah menegur seseorang saat berada di tanah suci? Dan apakah ini teguran buat saya?
Sebuah BBM *mas haji, sudah ditunggu oleh rombongan di bus untuk city tour*. Saya terpaksa berpamitan dengan si Ibu dan akan kembali secepatnya untuk menemani dia. Namun kenyataan selanjutnya, saya melanggar ucapan saya sendiri.
Setelah sampai di hotel, saya bertanya pada ketua rombongan akan keberadaan travel bernama Al Badeel, tetapi cuma di jawab #Sepertinya hotel nya tidak berada di dekat-dekat sini, karena yang di dekat sini sebagian besar saya kenal#. Bus kemudian melaju dan saya tidak dapat berbuat apa-apa selain terduduk menyesali keputusan yang saya ambil! Mengapa saya ikut city tour!. Mengapa tadi tidak turun dan izin tak ikut saja!. Mengapa saya jadi egois begini meninggalkan ibu itu sendirian!. Huwaaaa....maafkan saya ibu.
Setelah sampai di hotel, saya bertanya pada ketua rombongan akan keberadaan travel bernama Al Badeel, tetapi cuma di jawab #Sepertinya hotel nya tidak berada di dekat-dekat sini, karena yang di dekat sini sebagian besar saya kenal#. Bus kemudian melaju dan saya tidak dapat berbuat apa-apa selain terduduk menyesali keputusan yang saya ambil! Mengapa saya ikut city tour!. Mengapa tadi tidak turun dan izin tak ikut saja!. Mengapa saya jadi egois begini meninggalkan ibu itu sendirian!. Huwaaaa....maafkan saya ibu.
Sudah mas haji jangan sedih, biarlah Allah yang memberikan pertolongan pada ibu itu. Si bapak teman sekamar berusaha menyadarkan lamunan saya kala itu.
- Saya kepikiran ibu itu terus pak haji, saya khawatir dia malah pergi mencari-cari dengan cara nya sendiri.
* Sudah mas haji, apa yang sudah mas haji lakukan barusan itu sudah banyak menolong ibu itu, sekarang serahkan semua nya pada Allah.
- Saya kepikiran ibu itu terus pak haji, saya khawatir dia malah pergi mencari-cari dengan cara nya sendiri.
* Sudah mas haji, apa yang sudah mas haji lakukan barusan itu sudah banyak menolong ibu itu, sekarang serahkan semua nya pada Allah.
Saya meninggalkan ibu itu sekitar pukul 7 pagi dan baru kembali ke Masjid Nabawi sekitar pukul 10:30an. Saya setengah berlari menuju tempat di mana ibu itu terduduk dan besar harapan kalau dia masih di sana. Namun logika saya kemudian berkata, jika ibu itu masih ada, kasihan sekali dia harus menunggu hampir 4jam lebih. Tapi jika sudah tidak ada, apakah dia sudah ditemukan atau malah dia pergi mencari sendiri dan kemudian tambah tersesat!.
Dan mata ini menatap sebuah ruang kosong melompong. Ibu itu sudah tak ada di tempatnya. Saya memutar badan melayangkan pandangan mencari, mungkin ibu itu pindah tempat namun apa lacur, NIHIL!
Dan mata ini menatap sebuah ruang kosong melompong. Ibu itu sudah tak ada di tempatnya. Saya memutar badan melayangkan pandangan mencari, mungkin ibu itu pindah tempat namun apa lacur, NIHIL!
Lorong-lorong dan hotel diseputaran Masjid Nabawi yang mirip satu sama lain |
Rasa bersalah kemudian menyeliputi relung hati paling dalam dan saya terduduk lesu menyesali atas apa yang sudah saya lakukan terhadap ibu itu. Saya tidak kembali secepatnya seperti yang saya janjikan saat pergi tadi pagi. Saya meninggalkan ibu itu sendirian di sini, di tengah kerumunan ratusan orang yang tak dikenalinya, tak dimengerti bahasanya dan tak perduli siapa dia dan sedang apa dia!
Ya Rabbi, semoga dia dalam lindungan Mu, selamatkan dia dan pertemukan dia dengan rombongannya sehingga dia dapat menjalankan ibadah umrah dengan baik seperti yang dia harapkan sewaktu masih di tanah air. Amien YRA.
Ya Rabbi, semoga dia dalam lindungan Mu, selamatkan dia dan pertemukan dia dengan rombongannya sehingga dia dapat menjalankan ibadah umrah dengan baik seperti yang dia harapkan sewaktu masih di tanah air. Amien YRA.
Setiba nya di Indonesia, saya ceritakan kejadian ini kepada ibu saya, dan beliau malah berkata #Mungkin dia malaikat yang dikirimkan Allah pada mu karena nenek mu ingin mengucapkan terima kasih telah kamu umrah badal kan emak# (emak itu nenek dari ibu yang sudah meninggal sejak saya masih bocah). Itu tidak mungkin, apa hubungannya? se ingat saya meski hanya mengenal samar-samar wajah nenek saya dan ibu itu tidak mirip!. Tapi sudahlah, biarlah ini menjadi sebuah pelajaran berharga buat saya #hormati ibu dan berbaktilah pada nya selama jiwa masih menyatukan raga#.
Terima kasih ya mas haji, mas haji sudah mengajarkan saya bagaimana perduli terhadap sesama. Sebuah BBM dari teman sekamar membuat saya tertegun mengenang kembali si ibu itu.
- *Mudah-mudahan itu jadi penghapus semua kesalahan saya pak haji..hehehe*
- #Amien mas haji, mas haji ini orangnya total kalau menolong orang ya#
- *Hahaha, gak ngerti saya pak soal itu. Mekah buat saya lebih kepada Hablumminallah dan Medina untuk Hablumminnaas bagi saya pak haji. Sudah..sudah...bahas yang lain aja pak haji*
Obrolan di bbm kala itu menjadi sebagai muhasabah diri dan bernostalgia betapa Mekah dan Madinah sudah memberikan begitu banyak pelajaran.
- *Mudah-mudahan itu jadi penghapus semua kesalahan saya pak haji..hehehe*
- #Amien mas haji, mas haji ini orangnya total kalau menolong orang ya#
- *Hahaha, gak ngerti saya pak soal itu. Mekah buat saya lebih kepada Hablumminallah dan Medina untuk Hablumminnaas bagi saya pak haji. Sudah..sudah...bahas yang lain aja pak haji*
Obrolan di bbm kala itu menjadi sebagai muhasabah diri dan bernostalgia betapa Mekah dan Madinah sudah memberikan begitu banyak pelajaran.
Beberapa hari setelah pulang kembali ke Indonesia dan mulai menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya, suatu malam saya bermimpi. Di mimpi itu saya bertemu dengan ibu-ibu yang saya tinggalkan dulu di pelataran Masjid Nabawi.
Pagi hari nya saya mencoba mengingat, apa yang saya bicarakan dengan ibu itu di dalam mimpi, karena jelas sekali dalam ingatan bahwa saya bercakap-cakap dengan nya namun tidak ingat sama sekali apa isi percakapan itu. Saya hanya mampu mengingat samar-samar dia tersenyum sambil menangis.
Saya berusaha mengingat wajah itu, namun kabur. Saya lupa persis wajahnya, saya hanya ingat daster, kerudung dan cara dia berjalan yang lamban. Allah Maha Kuasa, atas izin dan kuasa Nya, saya bisa bertemu ibu itu dan semoga atas izin dan kebesaran Nya, ibu itu telah pulang kembali ke Indonesia dengan selamat dan menjadi ibu umrah yang mabrur serta masih mengingat saya. hiks...AMIEN
Pagi hari nya saya mencoba mengingat, apa yang saya bicarakan dengan ibu itu di dalam mimpi, karena jelas sekali dalam ingatan bahwa saya bercakap-cakap dengan nya namun tidak ingat sama sekali apa isi percakapan itu. Saya hanya mampu mengingat samar-samar dia tersenyum sambil menangis.
Saya berusaha mengingat wajah itu, namun kabur. Saya lupa persis wajahnya, saya hanya ingat daster, kerudung dan cara dia berjalan yang lamban. Allah Maha Kuasa, atas izin dan kuasa Nya, saya bisa bertemu ibu itu dan semoga atas izin dan kebesaran Nya, ibu itu telah pulang kembali ke Indonesia dengan selamat dan menjadi ibu umrah yang mabrur serta masih mengingat saya. hiks...AMIEN
WASSALAM
Medinah, 22 Juni 2013
3 comments:
:'( sedih..
Goood Story Mukena Umrah
mohon maaf, saya hanya kan memastikan saja apakah cerita diatas itu shohih? terimaksih sekali jika anda memberikan saya referensinya
Post a Comment