Kerumunan Semut di China

Capek belum lagi hilang, bulir-bulir peluh belum pun kering di badan setelah menggerek koper teman saya yang sekarat rodanya terluka parah (Saya tidak akan lagi mau pergi ngetrip membawa koper, apapun alasan nya! sungguh membatasi ruang gerak)

Saya harus berjuang menerobos kerumunan pejalan kaki di jalanan argyle street, Mongkok yang berjalan bak dikejar-kejar debt collector berjalan bagai robot lurus tanpa ekspresi. Saya yang lagi kebingungan membaca arah mencari-cari guesthouse harus merelakan di tubruk sana sini sambil menerima tatapan-tatapan penuh kesal. Sungguh daerah ini tidak memberikan kesan pertama yang menakjubkan!

Doors are closing...bip..bip..bip, saya pun gelayutan jejubelan di dalam kereta.  Tiba-tiba seorang ibu-ibu bersasak bak ibu pejabat mencak-mencak dalam bahasa canton dengan tatapan penuh angkara murka, lah kenapa ya dia? ada yang salah dengan muka saya apa ya sampe melotot-lotot gitu dia?. Hhmm..ternyata teman saya tas nya menyenggol ibu tersebut. Yaelah, harap maklum bu, namanya juga jejubelan!. 

Tatapan sinis lainnya sunguh dari ujung rambut sampai kaki sambil berkata-kata yang betapa melecehkan di saat saya membantu teman saya (cewek) menawar salah satu barang di Ladies Market. Teman saya tidak lagi berani lagi menawar setiap barang yang ia hendak beli, takut di kata-katain melecehkan katanya . Ah kota ini begitu angkuh!!. 

Belakangan saya baru tahu kalo ternyata Mongkok memang daerah nya para pendatang khususnya Mainland yang memang suka mengumpat dan berisik (menurut versi dari Hongkongers yang mengobrol di KCR menuju Guangzhou).

Sepenggal kejadian di Hongkong di atas sejatinya adalah baru permulaan, karena sesungguhnya saat saya memasuki gerbang China melalui kota Shenzhen, saya terbelalak!. Terhampar antrian manusia berjubel mengantri panjang sekali dan serentak menuju satu tempat yang sama. 'IMIGRASI'. 

Saya salah mengantri ketika akan menyerahkan paspor untuk di cap petugas, petugasnya bilang kalo ini adalah antrian khusus warga China. Waduh, saya tidak mungkin kembali ke antrian awal dengan jumlah orang sebanyak itu, bisa kelar subuh itungannya.

Entah karena iba atau menyadari bahwa saya tidak mungkin kembali antri melihat kebodohan saya, akhirnya petugas tersebut menempelkan stempel di paspor saya dan bilang, nanti jangan salah mengantri lagi ya, "Welcome to China". (kebodohan yang pertama, pantesan kerumunan itu semuanya bermata sipit, duh!).

Kepanikan melanda saat memasuki Louhu (sisi Shenzhen) melebihi kebingungan saat kereta tiba-tiba berhenti dan tidak mengumumkan station yang saya tuju diperbatasan Lowu (sisi Hongkong). Antrian tiket Metro (kereta bawah tanah) mengular di mana-mana dan tidak ada pilihan lain selain harus ikut berbaur karena tiket hanya bisa di beli di mesin. Dan apes nya semua tulisan di layar berbahasa kanji. Panik karena tidak tahu tombol mana yang harus di tekan, saya hanya melihat layar penuh amarah! (kebodohan yang kedua, karena belakangan saya tahu kalau di layar terdapat tombol untuk membaca peta dalam bahasa Inggris).

Saya harus rela kembali ke belakang antrean karena setelah saya menemukan tujuan saya di layar monitor, uang yang harus saya masukan ke mesin hanya bisa pecahan pecahan 10 yuan ataupun koin. Saya tidak punya keduanya (kebodohan berikutnya yang harus saya telan pahit diiringi tatapan penuh tanya sepanjang antrean). 

Saya pun menukarkan uang di loket dan harus memupuk kesabaran tingkat dewa. Antrian itu begitu lama, karena selain orangnya banyak bangat dan ternyata mereka juga belum paham bagaimana menggunakan mesin tiket otomatis tersebut. Jadilah semakin menumpuk tumplek di setiap mesin. Ada yang mengumpat saat token tidak keluar meskipun uang sudah dimasukkan, ada yang memukul-mukul mesin dan ada yang pergi berlalu begitu saja meninggalkan mesin dengan tampang manyun. (INFO : token adalah koin yang digunakan sebagai tiket untuk menaiki Metro yang di tap saat masuk dan dicemplungkan saat keluar).

Saat akan memasuki kereta, dari segala penjuru menyerbu barisan semut yang sahut menyahut bahkan berteriak-teriak dalam bahasa dewa tingkat advance. Kalau saya terjemahkan dalam imajinasi rusak, mereka sedang berebut mencari posisi yang enak untuk menunggu kereta dan berteriak-teriak memanggil temannya. 

Luar biasa ya kota ini, semua orang penuh energi atas bawah dalam setiap aksi. Berteriak-teriak (entah mereka sedang berbicara atau marah-marah) dan seradak seruduk tidak sabaran sama kacau nya saat penerbangan Kuala Lumpur-Macau-Kuala Lumpur. Itu yang namanya penumpang di sepanjang perjalanan membuat keonaran mengacaukan proses take off. Saya miris antara harus iba dan kesal karena begitu tidak bisa di atur nya. 

Jika Anda berencana mengunjungi China, bersiaplah dengan kerumunan negara berpenduduk semilyar lebih ini. Jangan lupa belajar sabar ala semut berbaris, karena di setiap pusat-pusat keramaian. Edaaaan, banyak bangat.
Sudut Mongkok

* HAPPY TRAVELING *

Hal Penting
- Siapkan selalu uang pecahan kecil saat akan menaiki Metro, kalau tidak punya tukarkan terlebih dahulu di loket sebelum mengantri di mesin tiket otomatis

0 comments:

Post a Comment