Meleleh di Guangzhou

Pagi itu, kereta api yang membawa saya dari Shenzhen menuju Guangzhou melaju dengan cepat membelah kota. Saya masih duduk terkagum-kagum dengan sarana transportasi di China ini yang terbilang modern sambil memandang keluar jendela. Berderet apartemen-apartemen dan gedung-gedung pencakar langit kota Shenzhen.

Setelah sebelumnya berdebat dengan orang pribumi yang duduk tidak sesuai dengan no.kursi namun kemudian mendapatkan keramahan dari seorang Hongkong yang duduk di sebelah saya. Dari obrolan soal hongkongers (sebutan untuk orang hongkong) yang suka berjalan cepat, sampai kasar-kasarnya orang-orang di mongkok yang jika berjalan main seruduk sana sini, akhirnya kami harus berpisah di salah satu stasiun sebelum Guangzhou. 

Dengan ramah sang hongkongers tersebut berkata ' i gotta leave, have a good trip, always take care of ur belongings, be careful and always be careful'. Kami sudah mengenal lama satu sama lain, dan dia sangat surprise setelah tahu bahwa saya sendirian keliling dari Hongkong-Shenzhen-Guangzhou. Itulah suka nya jika sedang backpackeran sendirian, selalu ada cerita yang akan menjadi suatu catatan tersendiri.

Gerbong Kereta Dengan Signboard Diatasnya

Hampir dua jam berlalu, tiba-tiba saya tersentak bangun dari tidur dan terkaget-kaget disela-sela nyawa saya masih belum menyatu dengan raga. Ah..syukurlah, Guangzhou Railway Station masih satu stasiun lagi, setelah saya melihat signboard di depan gerbong.  

Paranoid rasanya jika harus mengingat kejadian tertidur di kereta saat menuju Ayutthaya dari Bangkok dan hampir terlewat jika tidak dibangunkan oleh seorang ibu-ibu yang sejak awal selalu memperhatikan saya sambil gelisah.  Usut punya usut ternyata kegelisahan ibu itu adalah tidak mengerti cara membangunkan dan bertanya kepada saya akan kemana dan memberi tahu bahwa kereta hampir sampai di Ayutthaya.  Yang terucap hanyalah...Ayuttahaya...Ayutthaya sambil terus melihat kearah saya. Uhmmm..rupanya dia yakin kalau tujuan saya Ayutthaya hanya dengan melihat apa yang melekat di badan saya. Hebat!

Kereta tiba-tiba berhenti dan semua penumpang bergerak turun. Pengeras suara berbahasa dewa yang sama sekali tidak saya mengerti ber koar-koat.  Untung masih ada signboard, kalau tidak? apa jadinya. Owh, ternyata kereta sudah sampai di Guangzhou.

Stasiun Guangzhou sudah terintegrasi dengan Metro (kereta api bawah tanah), jadi buat yang ingin mengelilingi kota dengan Metro, tinggal ikuti saja petunjuknya. Memang dengan penduduk yang hampir mencapai 1,5 Milyar, orang-orang dimanapun di China ini selalu penuh sesak, tak terkecuali di Guangzhou .

Menyandang kota terbesar ketiga setelah Shanghai dan Beijing, Guangzhou sudah pasti di serbu orang-orang dipelosok China untuk mengadu nasib. Samalah seperti kota-kota besar di Indonesia. Bayangkan saja kereta cepat semodern Metro, penuh sesak dijejali ribuan manusia layaknya kereta ekonomi Jakarta-Bogor. Benar-benar penuh sepenuh-penuhnya umpel-umpelan sampai untuk bergerakpun susah, terutama untuk jalur-jalur yang berwarna merah, biru, kuning atau orange kalau tidak salah ingat, untungnya keretanya ber AC.

Metro Guangzhou

Sebetulnya kota ini sangat ramah buat para pejalan kaki, lalu lintas kendaraan pun tidak terlalu memberikan polusi yang berlebihan. Namun karena cuaca kala itu sedang pada puncaknya musim panas (bulan July), saya tidak sanggup berlama-lama terpanggang sinar matahari karena rasanya begitu panas dan gerah. Keringat mengucur deras sejauh kaki melangkah, padahal agenda saya adalah city tour dengan hanya bermodalkan peta dari google maps, metro dan kaki. Sungguh keadaan yang sangat tidak menguntungkan.

Hanya seharian saya di Guangzhou dikarenakan keterbatasan waktu yang saya miliki, saya berniat mengeksplore beberapa tempat saja. Namun panas yang membakar ubun-ubun cukup membuat saya meleleh mengelilingi Guangzhou yang begitu luas.  Ditambah dengan tidak familiar nya mereka dengan bahasa inggris, peta metro yang saya donlot di internet pun ternyata tidak update. Saya jadi banyak termangu jika akan menaiki kereta Metro, padahal di itinerary saya sudah lengkap naik dari station mana ke mana nya. Adalah beberapa jalur baru membuat saya bingung jadinya. 

Tetesan keringat di setiap langkah kaki dan udara yang begitu panas dan kering, membuat rasanya saya tak sanggup berkeliling. Geram rasanya namun tidak boleh menyerah.  Hey...I'm in Guangzhou!. Itulah penyemangat setiap saya hampir putus asa tak tahu lagi harus kemana melangkah,  namun tidak ada satupun yang bisa menterjemahkan bahasa saya dan bahasa mereka, sedangkan waktu saya tidak banyak dan terus berputar.

Setelah berkejaran dengan waktu, tinggal satu jam waktu saya tersisa untuk mengunjungi dua tempat lagi di Guangzhou. Saya akan berkunjung ke sebuah landmark nya kota Guangzhou, Guanzhou Tower. Karena keyakinan bahwa semua orang pasti tahu tempat yang akan saya tuju itu, saya pun lupa meminimalisir kesalahan dengan tidak membawa petunjuk satupun sebelum berangkat.

Hah?...*mata melotot tanda kaget*, setiap orang yang saya tanya di mana Guangzou Tower, semuanya geleng-geleng?. Kalau di Jakarta orang nanya Monas di mana? pasti semua tahu, lah ini? ternyata satupun tidak tahu. Ya ampun, masa semua orang tidak tahu di mana monas nya Guangzhou. 

Tapi tunggu, atau jangan-jangan mereka tahu nya dalam bahasa mereka ya? sama halnya Monas dengan Monumen Nasional. Uhmm, Saya ingat sebuah pesan, jika pergi ke sebuah negara yang sama tidak sekali tidak bisa berbahasa setempat, tanyakanlah pada mereka dengan menunjukkan sebuah gambar. 

Problem saya selanjutnya adalah di mana mencari gambar Guangzhou Tower. Saya mengingat-ingat, kayaknya pernah lihat ada banner Guangzhou Tower, tapi di mana ya. Saya mondar-mandir dan begitu melihat ke salah satu tembok station metro, got it!. Dan setelah saya tunjukkan potret itu, dengan mudah salah seorang petugas station mengarahkan saya di station mana saya harus berenti. 

Guangzhou Tower

Hal Penting

- Sebaiknya tidak mengunjungi China di puncak musim panas seperti bulan Juli jika tidak ingin meleleh seperti saya, panasnya benar-benar membuat cepat berkeringat meskipun angin bertiup dan cuaca mendung.

- Kereta dari Shenzhen (Louhu) ke Guangzhou dan sebaliknya dinamakan HCR dengan harga 80 Yuan one way dan dapat di beli di tempat, untuk time table nya googling saja.

- Jangan segan-segan menegur orang yang duduk ditempat yang seharusnya menjadi tempat duduk Anda, karena orang mainland suka duduk dimanapun dia suka tanpa memperhatikan no.kursi yang tertera di tiket.

- Berpergian dengan Metro sangat mudah dan cepat, pelajari rute nya dan di mana letak tempat yang akan dikunjungi demi memudahkan langkah Anda tanpa membuang-buang waktu bertanya jika tidak menguasai bahasa lokal

- Harus dan Wajib sertakan gambar tempat yang akan dikunjungi, sehingga jika tersesat dan tidak tahu arah, tunjukkan gambar tersebut